Kamis, 14 Januari 2021

 

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak . 

 



 

 

 

 

Oleh : R Agus Suryahadi / 1882050080 / B.Inggris

 

Abstrak.
         
Makalah  ini bertujuan untuk mengetahui  Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Anak.
Data Kajian dan Landasan Teori dikumpulkan dengan metode Study Journal Ilmiah yang telah di rilis oleh para Peneliti dalam rangka  memenuhi tugas Skipsi S1 yang bersangkutan.
Para Peneliti dalam Jurnal Ilmiah tersebut mengumpulkan data penelitiannya antara lain dengan cara metode Dokumentasi.
Dan untuk membuat Kesimpulan, Para peneliti rata rata menggunakan metoda Analisis dan Hipotesis.
            Demikian Makalah ini Saya sampaikan dalam rangka membuat suatu kajian dari Jurnal Ilmiah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Eotional Intellegent.

 

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

            Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat melahirkan masalah sosial dan tuntutan yang lebih baru. Pendidikan bertugas menjawab tantangan-tantangan dan memecahkan masalah sosial yang muncul dalam bentuk perbaikan dan pembaharuan pendidikan. Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dengan tujuan untuk dapat mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang Guru adalah Seorang Guru.
            Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks dan pelaksanaannya melibatkan banyak pihak, sehingga hasil dari pendidikan tersebut juga diwarnai berbagai hal atau faktor yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.
            Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, pengendalian diri, semangat, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, empati, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungannya. Kecerdasan Emosional akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupannya. Dalam proses belajar, seorang siswa akan sangat dipengaruhi oleh Kecerdasan Emosionalnya. Jika siswa dapat mengendalikan dirinya, ia tidak akan terganggu dengan lingkungan sekitarnya, maka ia akan berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang diajarkan. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.


B. Identifikasi Masalah

            Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya Prestasi Belajar Anak  adalah sebagai berikut:
        
     1. Siswa belum dapat mengontrol Kecerdasan Emosional saat proses belajar mengajar yang                      berpengaruh pada Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan yang belum optimal.
     2. Kecerdasan Intelektual dianggap sebagai satu-satunya alat untuk mengukur kecerdasan siswa.

C. Pembatasan Masalah

            Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, diketahui ada banyak faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Agar Makalah  ini lebih terfokus dan tidak terjadi bias atau perluasan kajian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Anak.


     1.  
Bagaimanakah Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak.
     2. Bagaimanakah Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.

E. Tujuan penyusunan Makalah

            Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk:

     1. Mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar 
         Anak.
     2. Mengetahui Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.

 

Kajian Literatur dan landasan Teori

A. Kecerdasan Emosional

1. Kecerdasan

            Stern menitikberatkan masalah intelligence atau kecerdasan pada 
soal adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang memiliki intelegen tinggi akan lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang Intelegen. Thorndike mengemukakan pendapatnya bahwa “Intelleigence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”. Orang dianggap intelegen apabila responsnya merupakan respons yang baik sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, individu harus lebih banyak hubungan stimulus-respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon-respons yang lalu (Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi Offset) hal. 192 . )
           Binet memandang intelegensi sebagai kapasitas umum untuk memahami dan menalar sesuatu, yang mengejawantahkan diri dalam berbagai cara. Binet berasumsi bahwa tugas yang berbedabeda tersebut menggali kecakapan atau kemapuan dasar. Di dalam Intelegensi terdapat suatu kecakapan dasar, yang bila mengalami perubahan atau kekurangan akan mempengaruhi kehidupan praktis. Kecakapan ini berupa daya timbang, atau disebut juga akal sehat, cita rasa praktis, inisiatif, kecakapan untuk mengadaptasikan diri terhadap situasi. Menimbang dengan baik, memahami dengan baik, menalar dengan baik, merupakan kegiatan intelegensi yang sangat penting (Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi, (Jakarta :Erlangga) hal. 124)
            Chaplin mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak dan kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat (J.P. Chaplin., Kamus Lengkap Psikologi . (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hal. 253). 
            Selanjutnya, David Wechesler mengungkapkan bahwa intelegensi merupakan himpunan kapasitas untuk bertindak secaraterarah, berpikir secara rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif (Rita L. Atkinson, dkk., Pengatar Psikologi., (Jakarta : Erlangga) hal. 124
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan untuk dapat berfikir, bertindak, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, kemampuan belajar dengan cepat dan efektif dari pengalaman yang diperoleh dari hasil respons-respons terhadap stimulus yang diberikan.

 2.  Emosional

            Chaplin mendefinisikan emosional berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan  perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi. Sedangkan emosi di rumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan tingkah laku (J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologit., . (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hal 163 dan 165)

            Selanjutnya Walgito menjelaskan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu, misal seorang merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar ataupun merasakan sesuatu. Oleh karena itu emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau meyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedangmengalami emosi (Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umumt., (Yogyakarta : Andi Offset), hal 202 dan 209).
       Menurut Goleman emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongam untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam individu.sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis (Daniel Goleman, Emotional Intelligence : kecerdasan emosional, Mengapa EI lebih penting dari pada IQ., (Jakarta: Gramedia  Pustaka Utama) hal. 411)
         Menurut Jhon Mayer orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan ini maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani sia-sia (lbid, hal 65)
     Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

 3. Kecerdasan Emosional

           Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai "himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan" (L.E. Shapiro,Mengajarkan Emotional Intelligent.(Jakarta :Gramedia Pustaka Utama) hal. 8)
           Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame of mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan monolitik yng penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada speltrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpesonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan Gardner sebagai "kecerdasan pribadi" (Daniel Goleman., Emotional Intelligence : kecerdasan emosional, Mengapa EI lebih penting dari pada IQ., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) hal. 50 )
           Selanjutnya, Gardner memberi ringkasan pendek tentang kecerdasan pribadi terdiri dari : ”Kecerdasan antar Pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka bekerja bahu-membahu dengan mereka. Kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain. Kecerdasan intraPribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemapuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Ibid., hal. 52)
           Dalam rumusan lain, Gardner mencatat bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antarpribadi yang merupakan kunci untuk menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. ( Ibid., hal 53)
            Menurut Goleman Kecerdasan emosional adalah Kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan Intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan self science. Unsur Self Science ini antara lain mengenali emosi, mengelola emosi diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. (Ibid., hal 380)
            Mengenali emosi dalam artian mengenali perasaan dan menyusun kosa kata untuk perasaan itu, kemampuan diri berupa mengenali kekuatan dan kelemahan kita, melihat diri dengan sisi yang posistif. Mengelola emosi dalam artian menyadari apa yang ada dibalik suatu perasaan (misalnya rasa sakit yang memicu amarah), dan mempelajari cara untuk menangani akibatnya, seperti amarah, cemas, sedih dan sebagainya. Motivasi diri untuk selalu mampu berubah menjadi lebih baik dari  sebelumnya, siap untuk ngambil kesempatan dan tahan terhadap tantangan yang datang. Empati merupakan pemahaman tentang perasaan orang lain dan menerima sudut pandang mereka, serta menghargai perbedaan dalam cara bagaimana perasaan orang terhadap berbagai hal. Membina hubungan dengan lingkungan merupakan ujian akhirnya, membedakan antara apa yang dikatakn orang atau yang dilakukan sesorang dengan reaksi dan penilaian anda sendiri. (Ibid,. hal. 381-382)
Kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasakan pada kecerdasan emosional tersebut. Kecerdasan emosi merupakan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang disarkan pada lima unsurnya : kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecakapan emosi kita menunjukan berapa banyak potensi yang telah kita terjemahkan untuk lingkungan kita. Sebagai contoh, pandai dalam bersosial di masyarakat adalah kecerdasan emosi yang didasarkan pada keterampilan sosial. (Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) hal.39)
Berdasarkan uraian diatas, kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelolal emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.


B. Hasil Belajar

            Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, yang dimaksud adalah tidak sebatas memiliki keterampilan(skill) namun lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar-benar menguasainya. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas itu adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolaahan informasi, menajdi kapabilitas baru (Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 10)
            Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interkasi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotir (Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal 140) Perubahan yang terjadi itu akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh  individu adalah hasil dari proses belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu yng dipengaruhi olah faktor dari dalam individu dan dari luar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar yang telah terjadi pada seseorang dapat disimpulkan dari hasilnya. Misalnya, dari tidah tahu, menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu dan sebagianya (Ibid., hal. 141)
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Selajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 127)
            Berpikir merupakan bagian dalam proses belajar. Menurut Abror, berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir. Tetapi menurut Garret, berpikir adalah tigkah laku yang sering implisi dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol (gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep konsep). Tingkah laku serupa itu tidak terbats pada “jiwa”, tetapi bisa melibatkan seluruh tubuh. Disini harusdiakui bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi (Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 171)
            Proses belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) dan evaluation (menilai). Doamian afektif adalah receiving (sikap penerimaan), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (krakterisasi). Doamin Psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized. (Agus Supriyono, cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Belajar) hal. 6)
            Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandngan yang berbeda tentang belajar. Perbedaan pendapat orang tentang belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal dan sebagainya. Tidak semua kegiatan dapat tergolong kegiatan belajar misalnya melamun, marah manikmati hiburan dan sejenisnya. (Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal.126)
            Perubahan yang terjadi dalam diri individu dalam proses belajar banyak sekali jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam artian belajar. Perubahan karena kondisi keadaan fisik , aspek-aspek kematangan, pertumbuhan tidak masuk perubahan dalam pengertian belajar. (Ibid., hal. 128)
            Menurut Gagne, belajar adalah interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “ stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersenut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersenut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik dan sikap. (Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 11)
Hasil belajar ini diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian di tandai dengan skala nilai berupa kata atau huruf atau simbol. (Ibid,. hal 200)
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
            Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran sertabukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

 
Kajian hasil penelitian Jurnal ilmiah Tugas Akhir Mahasiswa S1.

      1.   Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa adalah sebesar 16,1%. Artinya,
masih  ada sisa 83,9% yang merupakan variable atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang memungkinkan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN 4 Sleman. (Muhammad Nur Muslim, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas XI MAN 4 Sleman, Yogyakarta, hal 73)

2      
Dari hasil penelitiannya didapatkan persamaan regresi pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai Kecerdasan Emosional akan mengurangi nilai prestasi belajar, dan hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (Muh.Jidan Ananta, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)

3.   
Terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Matematika melalui Minat Belajar Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis melalui analisis jalur th > tt ( 2,97 >1,980) yang berarti ada pengaruh tidak langsung yang signifikan. (Indah Mayang Purnama, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika di SMAN Jakarta Selatan, hal 244) 

4.    
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan Orang Tua  pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)

5. 
Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan matematika Universitas Papua, dengan persamaan regresi Y=3,239+0,032X. (Purwanti Nurhasanah, Deskripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika UNIPA, hal 177)


Kesimpulan

Dari pengamatan hasil kajian Literatur dan Landasan Teori diatas hasil penelitian 
Jurnal  ilmiah Tugas Akhir Mahasiswa S1, Kami menyimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh yang beragam.

1.     Ada beberapa peneliti yg berpendapat  bahwa dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (muh.Jidan Ananta, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)

2.    
Pengaruh Kecerdasan Emosional mempunyai kecenderungan yang baik bagi Prestasi belajar Anak. 

3.    
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak / Siswa didik mempunyai pengaruh yang berbeda beda ditinjau dari usia Anak / Siswa didik. 

4.    
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan Orang Tua pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)

 

 

Penutup

Daftar Link  Literatur Kajian Jurnal ilmiah.

http://etheses.uin-malang.ac.id/2771/1/10410137.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/234809-pengaruh-kecerdasan-emosional-dan-minat-c598335a.pdf

https://repository.usd.ac.id/9923/2/031334048_Full.pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/download/3777/2961/

http://repository.iainbengkulu.ac.id/2614/1/SKRIPSI%20%20ALWAN%20BASIR.pdf

Jumat, 08 Januari 2021

 


“Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas”
Oleh : R Agus Suryahadi / 1882050080

Pendahuluan
Banyak contoh di sekiar kita membukti kan bahwa orang yang memilki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah didunia peker aan,  bahkan seringkall yang berpendidikan fomal  lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil.
Kebanyakan Pendidikan Formal hanya menekankan Kecerdasan akal saja (IQ), padahal yang lebih diperlukan adalah bagaimana mengembangkan  kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inis iatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. 

                 Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karınya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. Hasil Survey yang dilakukan di Amerika Serkat tentang kecerdasan emosional menyelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya keterampilan teknik saja melainkan dibutuh kan kemampuan dasar untuk belajar dalam peker aan yang ber sangk utan (Melandy dan Azza, 2006 411)
Di antaratnya  adalah kemampuan mendengarkan dan berkecerdasan emosioal  lisan, dapat beradaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keing inan memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendal ikan emosinya Sehmgga dapat menghasilkan optimalisasi pada rungsi kerjanya.
                Seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
membedäkan orang sukses dari  mereKa yang berprestas biasa Dbiasa saja, Selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasi lan orang dalam bekerja.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampılan-keterampilan yang  dimiikinya, termasuk keterampllan  intelektualnya.
Berdasarkan uraian di atas, Penyusun tertarik untuk membuat ulasan dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas” Adapun tujuan ulasan ini adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana Kecerdasan Emosional mempengaruhi Kinerja dan Produktifitas.

Pengertian Kecerdasan Emosional
                 Istilah "kecerdasan emosional" pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer darı University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasian individu. Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakan.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On (dalam Mayer dkk, 2001) mendefiisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaan kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Goleman (2005) membagi aspek kecerdasan emosional  menjadi lima aspek dasar, meliputi :
1  kesadaran Diri, kemampuan mengetahui yang dirasakan.
2. Pengaturan Diri, kemampuian mengatur emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada       
    pelaksanaan tugas.
3. Motivasi, kemampuan menggunakan hasrat un tuk menggerakkan dan menuntun
    diri menuju sasaran.
4. Empati, kemampuan merasakan perasaan orang lain dan mampu memahami perspektif orang lain
5. Keterampilan Sosial, kemampuan untuk menanggapi emosi dengan baik ketika berhubungan dengan      orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, dapat berinteraksi atau                  bekerja sama dengan lancar.

               Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional dapat                          mempengaruhi  pikiran, perkäataan, maupun periaku, temasuk dalam pekerjaan.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosnya secara tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehdupan sehari- hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di tempat kerja (Goleman, 2005). 
Kecerdasan emosional Juga mampu meenentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketramplan  ketrampilan praktis dan mendukung Kinerja (GOeman, 2009).

Bernkut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional menurut para ahli (Mutadin, 2002), yaitu
a. Salovey dan Maver (1990)
    Mende finisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih
    dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan   
    mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan
    intelektual.
b. Cooper dan Sawatr (1998)
    Mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahanmi, dan secara
    efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai Sumber energi, informasi, koneksi dan
    pengaruh yang manusiawi.  Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang
    untuk belajar mengakul, mengharga perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapmya
    dengan tepat dan menerapkan secara etektif energi emosi dalam kehidupan sehari hari.
c. Howes dan Herald (1999)
    Mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi   
    pintar menggunakan emosinya Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi meanusia berada diwilayah
    dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
    dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalamdan lebih
    utuh tentang diri sendiridan orang lain.
d. Golenman (2003)
    Mendefniskan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimilki seseorang dalam
    memotivasi dirl, ketahanan dalam menghadapi kegaga lan, mengendalikan emosı, dan menunda
    kepuasan serta mengatur keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
    menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
                Pengendalian emosi adalah kemampuan untuk menahan din dari dorongan-dorongan emosi yang tak tekendal dari pandangan publik (Thoits, 1989 dalam ferris,2 003).
Konsep tersebut kemudian diperdalam oleh Goleman (1998) yang mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.  Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.
Goleman, Boyatzis, McKee (2004) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimliki seseorang dalam memotivasi diri, Ketananan dalam menghadapi kegagalan, mengendalik an emosi dan menunda Kepuiasan, serta mengatur keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana natl.
Cooper dan Sawat (1999) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adal ah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawI. Penelitian lebih lanjut yang di lakukan oleh

Mc Clelland (dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapai selama hidup.
Sebaliknya Mc.Clelland mengatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri dan inisiatif mempu membedakan orang orang sukses denganmereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Kemudian hasil penelitian Goleman (1999) menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan emosional adalah pendorong kinerja puncak. Kemampuan- kemampuan kognitıif seperti big picture thinking dan long term vision Juga penting. Tetapi ketika dibandngkan antara kemampuan teknikal, 1Q dan kecerdasan emosional sebagai penentu kinerja yang cemerlang tersebut, maka kecerdasan emosional menduduki porsi yang lebih penting dua kali dibandingkan dengan yang lain pada seluruh tingkatan jabatan. Kecerdasan emosional adalah kemempuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empatı) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
                Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi ke dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
                Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan dri sendiri dan kepercayaan diri yang Kuat.
2. Pengaturan Diri (Self Management)
                Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembalh dari tekanan emosi.
3. Motivasi (Self Motivation)
                Self Motuvaton merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.
4. Empati (Empathy Social awareness)
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
5. Ketrampilan Sosial (Relationship Management)
                Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca siuasi dan jaringan sosial secara cemat berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampılan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan  perselisihan, serta bekerjasama dalam tim.

                Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (1999, p.2) dan Chermiss (1998, p.4) terhadap beberapa subjek penelitian dalam beberapa perusahaan maka hasil yang didapat menunjukan bahwa karyawan yang memiliki skor kecerdasan emosi yang  tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan tersebut terhadap 26 perusahaan. Chermiss Juga mengungkapkan bahwa walaupun sesorang tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia memilki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik maka kineryanya tidak akan dapat berkembang.

 

Pengertian Produktifitas
Pengertian produktifitas adalah "Perbandingan antar output dengan input, dimana output nya harus
mempunya nilai tambah dan teknik pekerjaannya yang lebih baik atau dengan kata lain produktifitas kerja dikaitkan sebagai hasil yang dapat dari setiap proses produksi dengan menggunakan satu atau lebih faktor produksi" (Mulyono, 2000: 93)
         
Ada beberapa pengertian produktifitas, diantaranya adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber sumber riil yang semakin sedikit (Sirait,2006: 247)
Secara umum pengertian produktifitas adalah suatu sikap mental, menciptakan hari ini yang lebih baik dari kemarin, dan mengusahakan hari esok yang lebih baik darı hari ini. Adapun pengertian lain produktifiias adalah produktifitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktifitas juga diartikan sebagai :
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan-kumpulan Jumlah pengeluaran dan masukan yang
  
dianyatakan dalam satuan satuan (unit) secara umum.
Produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengam input, dimana outputnya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya lebih baik. Adapun rumus dari produkufitas kerja adalah sebagai berikut :
PK =Output /Input
Adapun tujuan tujuan dari produktufitas kerja sebagai berikut :
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, pemberhentian, dan penetapan besamya konpensası.
2. Untuk mengukur prestası kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja
    sama, sruktur organisasi, kondisi kerja dan peralatan kerja.
4. Sebagai indikator untuk menentukan akan latihan bagi karyawan.
5. Sebagai alat unuk menngkatan motivasI pegawai sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan  
    susunan Kerja yang baik (Sirait, 2006: 253).

Faktor faktor yang Mempengaruhi Produktifitas
Faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dalam bekerja dibagi dua kelompok yaitu :
a. Kelompok faktor individual
b. Kelompok faktor situasional
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinası kebijakan, rencana sumber sumber dan metode dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan. Kombinasi ini dituangkan melalui faktor faktor produktifitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahan tersebut hampır seluruhnya diprediksikan dalam sumber pokok yakni manusia dan bahan bahan melalui :
- Tenaga kerja
- Manajemen dan organisasi.
- Modal pokok dan bahan mentah
Adapun Faktor internal dan eksternal dapat  dilihat sebagai berikut :
a. Faktor internal
    Yaitu, faktor yang terkait pada diri tenaga kerja yang bersangkutan yang dapat digolongkan 
    kedalam :
                1. Faktor phiskis, yaitu keadaan jiwa tenaga kerja, keinginan, prestasi dan lain lain.
                2. Faktor fisik, yaitu keadaan fisik tenga kerja seperti kesehatan, umur dan lain lain.
              3. Faktor pendidikan keterampilan.
b. Faktor eksternal
    Yaitu, keseluruhan faktor diluar kekuasaan tenaga kerja, antara lain :
                1. Pengaruh lingkungan kerja, misalnya penerangan cahaya, dan udara.
                2. Pengaruh dari syarat kerja, misalnya ruangan kerja, lamanya kerja, upah.
                3. Pengaruh kehidupan umum, misalnya kesehatan, perumahan.
                4. Pengaruh musim, misalnya musim kemarau, musim dingin, pengaruh peralatan, metode
                   kerja dan sarana produksi.

Pengertian Kinerja
               
Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang telah dicapanya dengan kemampuan yang telah dimilikinya pada kondisi tertentu. Dengan demikian kinerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tugas yang telah dibebankan ( Timpe, 2002).
Mathis dan Jackson (2006), mengatakan bahwa terdapat 5 (lima) indikator yang menjadi ukuran kinerja karyawan, yaitu: kuantitas dari hasıl, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan kemampuan bekerja sama.
               
Sementara itu ldayani (2008) berpendapat bahwa pengukuran kinerya manajer bank meliputi beberapa aspek, yaitu :
               
1) pengelolaan transaksi,
              2) pengelolaan administrasi,
                3) orientasi bawahan,
                4) fokus pada pelanggan,
                5) orientasi kualitas,
                6) kerjasama

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Dan
Produktifitas.
Hasil pengujian data penelitian menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil ini bermakna bahwa semakin meningkat tingkat kecer dasan emosional, maka kinerja akan semakm meningkat. Koefisien jalur bertanda positif mengindikasıkan semakin meningkat tingkat kecerdasan emosional, maka akan mengakibatkan semakin meningkat pula kinerja.
Hasil penelitian di lapangan memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Carmeli (2003). Cote dan Chrstopher (2006), Tischler et al. (2002) dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Thomas Sy, et al. (2006), Wong, dan Kenneth (2002) dan penelitian yang dilakukan oleh Higgs dan Dulwicz (2002) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan syarat  kunci  kesuksesan dan keahlian seseorang.
Kunci sukses lainnya antara lain adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi dan empati.Canan seseorang unc sukses
                Keempat empatnya berperan dan dipercaya sebagai indikasi sukses di tempat kerja.
Pada dasamya setiap orang memiliki kesadaran akan emosi diri sendiri dan orang lain, dan menyesuaikan perilaku mereka berdasarkan pengetahuannya atas kecerdasan emosionalnya. Selanjutnya dikatakan bahwa keduanya merupakan ketrampilan dan Kemampuan dalam mengelola emosionalnya  (key people skill).  Dalam mengelola kecerdasan emosional, maka terdapat tiga dimensi yang harus dipahami, yang meliputi  kombinasi Sifat, kombinasi nilai nilai (norma-norma) dan kombinasi perilaku yang memainkan sebagian besar peran untuk mencapai sukses.
Disamping itu diperlukan adanya kombinasi antara kecerdasan intelektual (intellectual quetion) dan kecerdasan emosional (emotional intellngence) sangat berperan dalam menentukan kesuksesan dan peningkatan prestasi kerja . Dalam dunia kerja cukup bervariasi baik dalam bentuk, jenis dan karakter bahkan waktu kapan suatu pekerjaan dilakukan akan berpengaruh terhadap penggunaan emosi.  Maka emosi pekerjaan sebagai format manajemen kesan (Zapf, 2002) berada sepenuhnya dalam diri individu karyawan. Selanjutnya dengan kondisi kecerdasan emosionalnya, menentukan apakah yang bersangkutan mampu menghadapi kenyataan dengan kesan positif yang menghasilkan Kinerja yang tinggi atau sebaliknya. Menurut Goleman (200) semakin komplek suatu pekerjaan, maka semakin penting kecerdasan emosional. Apalagi karena adanya Kekuran gan dalam kemampuan emosional seseorang, bisa terganggu dalam menggunakan keahlian teknis atau keenceran otaknya. Pendapat ini menegaskan bahwa kinerja dengan otak saja tidak memadai untuk memperoleh hasil dengan kinerja yang tinggi tetap diperlukan keterlibatan kecerdasan emosional.
                Masih menurut Goleman bahwa separuh keter ampilan teknis memang diperlukan (untuk beKerja), namun separuha lainnya berada dalam wilayah yang tidak tanpak, yakni kecerdasan emosional, buktinya belakangan ini telah melahirkan pera bintang kinerja.
Inti kecerdasan emosional adalah bagaimana hubungan dan komunikasi seseorang dengan orang lain agar didapat dan diperoleh keserasian hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (mutual advantage).
Sescorang yang dapat secara optimal mengekspresikan kekuatan kerjanya untuk mencapai hasil yang optimal adalah bilamana seseorang dan relasnya mampu terjalin dalam kemas an pekerjaan pekeraan yang indah. Ginanjar (200) menyatakan bahwa selama hubungan emosional ini  dapat dijalin dengan :Indah”  akan menghasilkan hubungan yang indah pula.
Apakah hubungan antara perasaan pimpinan dengan perasaan bawahan, dan lain lain tergantung pada jenis hubun gan kerja yang bagaimana, akan mampu menghasilkan kinerja yang baik. Demikian pula sebaliknya, Jika hubungan perasaan itu tidak terjalin dengan "indah", maka akan menghasılkan kinerja yang rendah. Hal-hal yang dapar merusak hubungan yang telah terjalin secara baik antara lain adalah :  adanya prasangka prasangka yang negatif, adanya perbedaan prinsip hidup, adanya perbedaan pengalaman hidup, adanya perbedaan kepentingan dan prioritas, perbedaan sudut pandang, perbandingan dan sikap fanatisme.

KESIMPULAN DAN SARAN
kesimpulan
Kecerdas an emosional sangat mempengaruhi kinerja dan juga produktifitas sebuah TIM, setiap individu yang empunyal Kecerdiasan emosional yang tinggi akan mudah beradaptasi dengan lingkungan seperti apapun. Sehingga jika ia di tempatkan diposisi yang tersulitpun ia akan bisa melawatinya dengan mudah walau memerlukan dukungan dan motivasi dari pihak lain yang bersangkutan.
                Dengan begitu setiap individu yang telah menguasai kecerdasan emosional akan mudah dan baik hasilnya jika ia mengerjakan setiap pekerjaannya. Emosinya akan terkontrol dengan baik sehingga kinerja dan produktivitas kerjanya akan meningkat sangat tinggi baik itu secera personal maupun secara tim.
                Kecerdas an emosional meningkat akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Semakin meningkat kecerdasan emosional, maka kepuasan kerja juga akan mengalami peningkatan. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan tugas dan peningkatan kepuasan manajer. Oleh karena tu kemampuan seseorang dalam mengolah dan menggunakan emosi dengan cerdas dalam bekerja, serta pandangan yang jernih dalam menghadapi segala persoalan dan berpandangan luas dalam mencari solusi dalam setiap persoalan merupakan bagian penting dan harus dipelihara terus menerus, dipertahankan dan bahkan dapat memberikan manfaat besar, diantaranya adalah adanya perasaan kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan.
                Meningkatnya kecerdasan emosional setiap ndividu akan berdampak pada kinerja tim yang semakin meningkat.  Kecerdasan emosional yang meningkat memberikan Kemudahan tim dalam nenjalankan tugasnya secara bermakna, sehingga berampak besar terhadap peningkatan Kinereja dan produkfitas kerjaa.  Kemampuan tim dalam mengelola kesadaran diri, pengaturan diri, motivasI dan empati yang merupakan bagian dari Kecerdasan emosional  adalah berperan penting dalam peningkatan kinerja.
                Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional itu sangatlah berpengaruh terhadap kinerja dan produktifitas dalam sebuah tim yang melaksanakan tugas dalam suatu organisasi atau instansi yang terkait dengannya.

Saran
               
Melakukan kontrol terhadap semua pihak yang teriibat dalam kerjasama dalam sebuah tim atau organisasi itu perlu dilakukan agar kinerja sebuah tim mampu dilaksanakan dengan baik, serta peningkatan kecerdasan emosional setiap individu akan lebih cepat meningkatnya sehingga kinerja dan produktifiitas dalam tim akan meningkat secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto A.S dan Troena. 2011. Pengaruh Kecerdasan Enmosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kepemimpinan. Transformasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer (Studi di Bank Syari 'ah Kota Malang). Vol. 10 No. 4 pg. 694-709.

Daulay. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Pt Sinar Inti Berkah Sejahtera Madan. Vol. 2 No.1 Mei 2009.

Wiwik Sumiyarsih, Endah Mujiasih, dan Jati Ariati. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan emosional Dangan Organizational Citizenship Behavior (Och) Pada Karyawan Cv. Aneka limu Semarang. Vol. 11, No.l, April 2012

ALDI RAMDHANI FAHLEVI DEISTI-Maret 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja dan Produktifitas Dalam Kerjasama Tim disebuah Organisasi.

 

  Efektivitas Pembelajaran yang ditunjang dengan Instrumen analisis  butir soal Oleh R Agus Suryahadi 1882050080 KATA PENGANTAR Assalamu’ala...