Oleh
: R Agus Suryahadi / 1882050080 / B.Inggris
Abstrak.
Makalah
ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kecerdasan
Emosional
terhadap Prestasi Belajar Anak.
Data Kajian
dan Landasan Teori dikumpulkan dengan metode Study Journal Ilmiah yang telah di
rilis oleh para Peneliti dalam rangka
memenuhi tugas Skipsi S1 yang bersangkutan.
Para
Peneliti dalam Jurnal Ilmiah tersebut mengumpulkan data penelitiannya antara
lain dengan cara metode Dokumentasi.
Dan untuk membuat Kesimpulan, Para peneliti rata rata menggunakan metoda
Analisis dan Hipotesis.
Demikian
Makalah ini Saya sampaikan dalam rangka membuat suatu kajian dari Jurnal Ilmiah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Eotional Intellegent.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan terjadinya berbagai
perubahan dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat melahirkan
masalah sosial dan tuntutan yang lebih baru. Pendidikan bertugas menjawab
tantangan-tantangan dan memecahkan masalah sosial yang muncul dalam
bentuk perbaikan dan pembaharuan pendidikan. Berbagai usaha ditempuh
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dengan tujuan untuk
dapat mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang Guru adalah Seorang Guru.
Pendidikan
merupakan kegiatan yang kompleks dan pelaksanaannya melibatkan
banyak pihak, sehingga hasil dari pendidikan tersebut juga diwarnai berbagai
hal atau faktor yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kecerdasan
Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri
dan perasaan orang lain, pengendalian diri, semangat, kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk
mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, empati, untuk memelihara hubungan dengan
sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin
diri dan lingkungannya. Kecerdasan Emosional akan mempengaruhi
sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupannya. Dalam proses
belajar, seorang siswa akan sangat dipengaruhi oleh Kecerdasan Emosionalnya.
Jika siswa dapat mengendalikan dirinya, ia tidak akan terganggu
dengan lingkungan sekitarnya, maka ia akan berkonsentrasi pada pelajaran
yang sedang diajarkan. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan
yang menyebabkan belum optimalnya Prestasi Belajar Anak adalah sebagai berikut:
1.
Siswa belum dapat mengontrol Kecerdasan Emosional saat proses belajar mengajar yang berpengaruh pada Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan yang belum optimal.
2.
Kecerdasan Intelektual dianggap sebagai satu-satunya alat untuk mengukur kecerdasan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, diketahui
ada banyak faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Agar Makalah
ini lebih terfokus dan tidak terjadi bias
atau perluasan kajian, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada dua faktor yang diduga berpengaruh
terhadap Prestasi Belajar Anak.
1. Bagaimanakah Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak.
2. Bagaimanakah Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.
E. Tujuan penyusunan Makalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam
kajian ini adalah untuk:
1.
Mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar
Anak.
2.
Mengetahui Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.
Kajian Literatur dan landasan Teori
A. Kecerdasan Emosional
1.
Kecerdasan
Stern
menitikberatkan masalah intelligence atau kecerdasan pada soal
adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang
yang memiliki intelegen tinggi akan lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang Intelegen. Thorndike mengemukakan pendapatnya bahwa “Intelleigence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”. Orang dianggap intelegen apabila responsnya merupakan respons yang baik sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat,
individu harus lebih banyak hubungan stimulus-respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon-respons yang lalu (Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi Offset) hal. 192 . )
Binet
memandang intelegensi sebagai kapasitas umum untuk memahami dan menalar sesuatu, yang mengejawantahkan diri dalam berbagai cara. Binet berasumsi bahwa tugas yang berbedabeda tersebut menggali kecakapan atau kemapuan dasar. Di dalam Intelegensi terdapat suatu kecakapan dasar, yang bila mengalami perubahan atau kekurangan akan mempengaruhi kehidupan praktis. Kecakapan ini berupa daya timbang, atau disebut juga akal sehat, cita rasa
praktis, inisiatif, kecakapan untuk mengadaptasikan diri terhadap situasi. Menimbang dengan baik, memahami dengan baik, menalar dengan baik, merupakan kegiatan intelegensi yang sangat penting (Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi, (Jakarta :Erlangga) hal. 124)
Chaplin
mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan
konsep abstrak dan kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar
dengan cepat (J.P. Chaplin., Kamus Lengkap Psikologi . (Jakarta: Raja Grafindo
Persada). hal. 253).
Selanjutnya,
David Wechesler mengungkapkan bahwa intelegensi merupakan himpunan
kapasitas untuk bertindak secaraterarah, berpikir secara rasional, dan berhubungan
dengan lingkungannya secara efektif (Rita L. Atkinson, dkk., Pengatar Psikologi.,
(Jakarta : Erlangga) hal. 124
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah
kemampuan untuk dapat berfikir, bertindak, memecahkan masalah, menyesuaikan
diri, kemampuan belajar dengan cepat dan efektif dari pengalaman yang diperoleh
dari hasil respons-respons terhadap stimulus yang diberikan.
Chaplin
mendefinisikan emosional berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan
perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai
emosi. Sedangkan emosi
di rumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup
perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan
tingkah laku (J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologit., . (Jakarta: Raja Grafindo
Persada). hal 163 dan 165)
Menurut Jhon Mayer orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan ini maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani sia-sia (lbid, hal 65)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Salovey
dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut
EQ sebagai "himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran
dan tindakan" (L.E. Shapiro,Mengajarkan Emotional Intelligent.(Jakarta :Gramedia
Pustaka Utama) hal. 8)
Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap,
dapat berubah-ubah setiap saat. untuk itu peranan lingkungan terutama orang
tua mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Gardner
dalam bukunya yang berjudul Frame of mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan monolitik yng penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada speltrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik,
interpesonal dan
intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan Gardner sebagai "kecerdasan pribadi"
(Daniel Goleman., Emotional Intelligence : kecerdasan emosional, Mengapa EI
lebih penting dari pada IQ., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) hal. 50 )
Selanjutnya,
Gardner memberi ringkasan pendek tentang kecerdasan pribadi terdiri
dari : ”Kecerdasan antar Pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain
apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka bekerja
bahu-membahu dengan mereka. Kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang
lain. Kecerdasan intraPribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemapuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Ibid., hal. 52)
Dalam
rumusan lain, Gardner mencatat bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu
mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antarpribadi
yang merupakan kunci untuk menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan
“akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk
membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk
menuntun tingkah laku”. ( Ibid., hal 53)
Menurut
Goleman Kecerdasan emosional adalah Kemampuan seseorang untuk
mengatur kehidupan emosinya dengan Intelegensi, menjaga keselarasan emosi
dan pengungkapannya melalui keterampilan self science. Unsur Self Science ini
antara lain mengenali emosi, mengelola emosi diri, motivasi diri, empati dan keterampilan
sosial. (Ibid., hal 380)
Mengenali
emosi dalam artian mengenali perasaan dan menyusun kosa kata untuk
perasaan itu, kemampuan diri berupa mengenali kekuatan dan kelemahan kita,
melihat diri dengan sisi yang posistif. Mengelola emosi dalam artian menyadari apa
yang ada dibalik suatu perasaan (misalnya rasa sakit yang memicu amarah), dan
mempelajari cara untuk menangani akibatnya, seperti amarah, cemas, sedih dan
sebagainya. Motivasi diri untuk selalu mampu berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, siap untuk ngambil kesempatan dan tahan terhadap tantangan yang datang. Empati merupakan pemahaman tentang perasaan orang lain dan menerima sudut
pandang mereka, serta menghargai perbedaan dalam cara bagaimana perasaan orang terhadap berbagai hal. Membina hubungan dengan lingkungan merupakan ujian akhirnya, membedakan antara apa yang dikatakn orang atau yang dilakukan sesorang dengan reaksi dan penilaian anda sendiri. (Ibid,. hal.
381-382)
Kecakapan
emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasakan pada kecerdasan emosional tersebut. Kecerdasan emosi merupakan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang disarkan pada lima unsurnya : kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecakapan emosi
kita menunjukan berapa banyak potensi yang telah kita terjemahkan untuk lingkungan
kita. Sebagai contoh, pandai dalam bersosial di masyarakat adalah kecerdasan
emosi yang didasarkan pada keterampilan sosial. (Daniel Goleman, Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
hal.39)
Berdasarkan uraian diatas, kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelolal emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi
orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
B.
Hasil Belajar
Menurut
Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas, yang dimaksud adalah tidak sebatas memiliki keterampilan(skill) namun
lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar-benar menguasainya. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas itu adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolaahan informasi, menajdi kapabilitas baru (Dimyati
dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 10)
Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interkasi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotir (Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal 140) Perubahan
yang terjadi itu akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu adalah hasil dari proses belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu yng dipengaruhi olah faktor dari dalam individu dan dari luar individu. Proses di sini tidak dapat
dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam
belajar. Oleh karena
itu, proses belajar yang telah terjadi pada seseorang dapat disimpulkan dari hasilnya. Misalnya, dari tidah tahu, menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu dan sebagianya (Ibid., hal. 141)
Belajar
merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil
dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Selajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah proses, dan
bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 127)
Berpikir
merupakan bagian dalam proses belajar. Menurut Abror, berpikir adalah
kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek
yang berpikir. Tetapi menurut Garret, berpikir adalah tigkah laku yang sering implisi
dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol (gambaran-gambaran,
gagasan-gagasan, dan konsep konsep). Tingkah laku serupa itu
tidak terbats pada “jiwa”, tetapi bisa melibatkan seluruh tubuh. Disini harusdiakui
bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi (Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 171)
Proses
belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses
dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan
struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) dan evaluation (menilai). Doamian afektif adalah receiving (sikap penerimaan), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi),
characterization (krakterisasi). Doamin Psikomotor meliputi initiatory, pre-routine
dan rountinized. (Agus Supriyono, cooperative Learning : Teori dan Aplikasi
PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Belajar) hal. 6)
Pandangan
seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya
yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai
pandngan yang berbeda tentang belajar. Perbedaan pendapat orang tentang
belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu
sendiri bermacam-macam.Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat
disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan
perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu,
menghitung dan mengerjakan soal-soal dan sebagainya. Tidak semua kegiatan dapat
tergolong kegiatan belajar misalnya melamun, marah manikmati hiburan dan sejenisnya.
(Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal.126)
Perubahan
yang terjadi dalam diri individu dalam proses belajar banyak sekali
jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan
perubahan dalam artian belajar. Perubahan
karena kondisi keadaan fisik , aspek-aspek kematangan, pertumbuhan tidak
masuk perubahan dalam pengertian belajar. (Ibid., hal. 128)
Menurut
Gagne, belajar adalah interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif
siswa” dengan “ stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersenut menghasilkan
suatu hasil belajar. Hasil belajar tersenut terdiri dari informasi verbal, keterampilan
intelek, keterampilan motorik dan sikap. (Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran, (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 11)
Hasil
belajar ini diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian di tandai dengan skala nilai berupa kata atau huruf atau simbol. (Ibid,.
hal 200)
Hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja.
Berdasarkan
pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar dan pembelajaran sertabukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
1. Pengaruh
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa adalah sebesar 16,1%.
Artinya,
masih ada sisa 83,9% yang merupakan variable atau faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini yang memungkinkan memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN 4 Sleman. (Muhammad Nur Muslim, Pengaruh
Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar mata pelajaran
Aqidah Akhlak siswa kelas XI MAN 4 Sleman, Yogyakarta, hal 73)
2 Dari hasil
penelitiannya didapatkan persamaan regresi pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa setiap penambahan satu
nilai Kecerdasan Emosional akan mengurangi nilai prestasi belajar, dan
hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (Muh.Jidan Ananta, Pengaruh
Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa
Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)
3. Terdapat pengaruh
tidak langsung yang signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi
Belajar Matematika melalui Minat Belajar Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pengujian hipotesis melalui analisis jalur th > tt (
2,97 >1,980) yang berarti ada pengaruh tidak langsung yang signifikan. (Indah
Mayang Purnama, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi
Belajar Matematika di SMAN Jakarta Selatan, hal 244)
4. Hasil penelitian
pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan Orang Tua pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi
Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar
ditinjau dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)
5. Terdapat pengaruh
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan matematika Universitas Papua, dengan persamaan regresi Y=3,239+0,032X. (Purwanti Nurhasanah, Deskripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika UNIPA, hal
177)
Kesimpulan
Dari
pengamatan hasil kajian Literatur dan Landasan Teori diatas hasil penelitian Jurnal ilmiah Tugas Akhir Mahasiswa S1, Kami menyimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh yang beragam.
1.
Ada
beberapa peneliti yg berpendapat bahwa dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (muh.Jidan Ananta, Pengaruh
Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)
2.
Pengaruh
Kecerdasan Emosional mempunyai kecenderungan yang baik bagi Prestasi belajar Anak.
3.
Pengaruh
Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak / Siswa didik mempunyai pengaruh yang berbeda beda ditinjau dari usia Anak / Siswa didik.
4.
Hasil
penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan
Orang Tua pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi
Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ditinjau
dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)
Penutup
Daftar
Link Literatur Kajian Jurnal ilmiah.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2771/1/10410137.pdf
https://repository.usd.ac.id/9923/2/031334048_Full.pdf
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/download/3777/2961/
http://repository.iainbengkulu.ac.id/2614/1/SKRIPSI%20%20ALWAN%20BASIR.pdf