Jumat, 08 Januari 2021

 


“Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas”
Oleh : R Agus Suryahadi / 1882050080

Pendahuluan
Banyak contoh di sekiar kita membukti kan bahwa orang yang memilki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah didunia peker aan,  bahkan seringkall yang berpendidikan fomal  lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil.
Kebanyakan Pendidikan Formal hanya menekankan Kecerdasan akal saja (IQ), padahal yang lebih diperlukan adalah bagaimana mengembangkan  kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inis iatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. 

                 Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karınya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. Hasil Survey yang dilakukan di Amerika Serkat tentang kecerdasan emosional menyelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya keterampilan teknik saja melainkan dibutuh kan kemampuan dasar untuk belajar dalam peker aan yang ber sangk utan (Melandy dan Azza, 2006 411)
Di antaratnya  adalah kemampuan mendengarkan dan berkecerdasan emosioal  lisan, dapat beradaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keing inan memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendal ikan emosinya Sehmgga dapat menghasilkan optimalisasi pada rungsi kerjanya.
                Seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
membedäkan orang sukses dari  mereKa yang berprestas biasa Dbiasa saja, Selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasi lan orang dalam bekerja.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampılan-keterampilan yang  dimiikinya, termasuk keterampllan  intelektualnya.
Berdasarkan uraian di atas, Penyusun tertarik untuk membuat ulasan dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas” Adapun tujuan ulasan ini adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana Kecerdasan Emosional mempengaruhi Kinerja dan Produktifitas.

Pengertian Kecerdasan Emosional
                 Istilah "kecerdasan emosional" pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer darı University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasian individu. Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakan.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On (dalam Mayer dkk, 2001) mendefiisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaan kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Goleman (2005) membagi aspek kecerdasan emosional  menjadi lima aspek dasar, meliputi :
1  kesadaran Diri, kemampuan mengetahui yang dirasakan.
2. Pengaturan Diri, kemampuian mengatur emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada       
    pelaksanaan tugas.
3. Motivasi, kemampuan menggunakan hasrat un tuk menggerakkan dan menuntun
    diri menuju sasaran.
4. Empati, kemampuan merasakan perasaan orang lain dan mampu memahami perspektif orang lain
5. Keterampilan Sosial, kemampuan untuk menanggapi emosi dengan baik ketika berhubungan dengan      orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, dapat berinteraksi atau                  bekerja sama dengan lancar.

               Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional dapat                          mempengaruhi  pikiran, perkäataan, maupun periaku, temasuk dalam pekerjaan.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosnya secara tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehdupan sehari- hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di tempat kerja (Goleman, 2005). 
Kecerdasan emosional Juga mampu meenentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketramplan  ketrampilan praktis dan mendukung Kinerja (GOeman, 2009).

Bernkut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional menurut para ahli (Mutadin, 2002), yaitu
a. Salovey dan Maver (1990)
    Mende finisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih
    dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan   
    mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan
    intelektual.
b. Cooper dan Sawatr (1998)
    Mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahanmi, dan secara
    efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai Sumber energi, informasi, koneksi dan
    pengaruh yang manusiawi.  Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang
    untuk belajar mengakul, mengharga perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapmya
    dengan tepat dan menerapkan secara etektif energi emosi dalam kehidupan sehari hari.
c. Howes dan Herald (1999)
    Mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi   
    pintar menggunakan emosinya Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi meanusia berada diwilayah
    dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
    dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalamdan lebih
    utuh tentang diri sendiridan orang lain.
d. Golenman (2003)
    Mendefniskan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimilki seseorang dalam
    memotivasi dirl, ketahanan dalam menghadapi kegaga lan, mengendalikan emosı, dan menunda
    kepuasan serta mengatur keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
    menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
                Pengendalian emosi adalah kemampuan untuk menahan din dari dorongan-dorongan emosi yang tak tekendal dari pandangan publik (Thoits, 1989 dalam ferris,2 003).
Konsep tersebut kemudian diperdalam oleh Goleman (1998) yang mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.  Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.
Goleman, Boyatzis, McKee (2004) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimliki seseorang dalam memotivasi diri, Ketananan dalam menghadapi kegagalan, mengendalik an emosi dan menunda Kepuiasan, serta mengatur keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana natl.
Cooper dan Sawat (1999) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adal ah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawI. Penelitian lebih lanjut yang di lakukan oleh

Mc Clelland (dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapai selama hidup.
Sebaliknya Mc.Clelland mengatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri dan inisiatif mempu membedakan orang orang sukses denganmereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Kemudian hasil penelitian Goleman (1999) menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan emosional adalah pendorong kinerja puncak. Kemampuan- kemampuan kognitıif seperti big picture thinking dan long term vision Juga penting. Tetapi ketika dibandngkan antara kemampuan teknikal, 1Q dan kecerdasan emosional sebagai penentu kinerja yang cemerlang tersebut, maka kecerdasan emosional menduduki porsi yang lebih penting dua kali dibandingkan dengan yang lain pada seluruh tingkatan jabatan. Kecerdasan emosional adalah kemempuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empatı) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
                Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi ke dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
                Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan dri sendiri dan kepercayaan diri yang Kuat.
2. Pengaturan Diri (Self Management)
                Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembalh dari tekanan emosi.
3. Motivasi (Self Motivation)
                Self Motuvaton merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.
4. Empati (Empathy Social awareness)
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
5. Ketrampilan Sosial (Relationship Management)
                Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca siuasi dan jaringan sosial secara cemat berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampılan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan  perselisihan, serta bekerjasama dalam tim.

                Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (1999, p.2) dan Chermiss (1998, p.4) terhadap beberapa subjek penelitian dalam beberapa perusahaan maka hasil yang didapat menunjukan bahwa karyawan yang memiliki skor kecerdasan emosi yang  tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan tersebut terhadap 26 perusahaan. Chermiss Juga mengungkapkan bahwa walaupun sesorang tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia memilki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik maka kineryanya tidak akan dapat berkembang.

 

Pengertian Produktifitas
Pengertian produktifitas adalah "Perbandingan antar output dengan input, dimana output nya harus
mempunya nilai tambah dan teknik pekerjaannya yang lebih baik atau dengan kata lain produktifitas kerja dikaitkan sebagai hasil yang dapat dari setiap proses produksi dengan menggunakan satu atau lebih faktor produksi" (Mulyono, 2000: 93)
         
Ada beberapa pengertian produktifitas, diantaranya adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber sumber riil yang semakin sedikit (Sirait,2006: 247)
Secara umum pengertian produktifitas adalah suatu sikap mental, menciptakan hari ini yang lebih baik dari kemarin, dan mengusahakan hari esok yang lebih baik darı hari ini. Adapun pengertian lain produktifiias adalah produktifitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktifitas juga diartikan sebagai :
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan-kumpulan Jumlah pengeluaran dan masukan yang
  
dianyatakan dalam satuan satuan (unit) secara umum.
Produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengam input, dimana outputnya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya lebih baik. Adapun rumus dari produkufitas kerja adalah sebagai berikut :
PK =Output /Input
Adapun tujuan tujuan dari produktufitas kerja sebagai berikut :
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, pemberhentian, dan penetapan besamya konpensası.
2. Untuk mengukur prestası kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja
    sama, sruktur organisasi, kondisi kerja dan peralatan kerja.
4. Sebagai indikator untuk menentukan akan latihan bagi karyawan.
5. Sebagai alat unuk menngkatan motivasI pegawai sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan  
    susunan Kerja yang baik (Sirait, 2006: 253).

Faktor faktor yang Mempengaruhi Produktifitas
Faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dalam bekerja dibagi dua kelompok yaitu :
a. Kelompok faktor individual
b. Kelompok faktor situasional
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinası kebijakan, rencana sumber sumber dan metode dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan. Kombinasi ini dituangkan melalui faktor faktor produktifitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahan tersebut hampır seluruhnya diprediksikan dalam sumber pokok yakni manusia dan bahan bahan melalui :
- Tenaga kerja
- Manajemen dan organisasi.
- Modal pokok dan bahan mentah
Adapun Faktor internal dan eksternal dapat  dilihat sebagai berikut :
a. Faktor internal
    Yaitu, faktor yang terkait pada diri tenaga kerja yang bersangkutan yang dapat digolongkan 
    kedalam :
                1. Faktor phiskis, yaitu keadaan jiwa tenaga kerja, keinginan, prestasi dan lain lain.
                2. Faktor fisik, yaitu keadaan fisik tenga kerja seperti kesehatan, umur dan lain lain.
              3. Faktor pendidikan keterampilan.
b. Faktor eksternal
    Yaitu, keseluruhan faktor diluar kekuasaan tenaga kerja, antara lain :
                1. Pengaruh lingkungan kerja, misalnya penerangan cahaya, dan udara.
                2. Pengaruh dari syarat kerja, misalnya ruangan kerja, lamanya kerja, upah.
                3. Pengaruh kehidupan umum, misalnya kesehatan, perumahan.
                4. Pengaruh musim, misalnya musim kemarau, musim dingin, pengaruh peralatan, metode
                   kerja dan sarana produksi.

Pengertian Kinerja
               
Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang telah dicapanya dengan kemampuan yang telah dimilikinya pada kondisi tertentu. Dengan demikian kinerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tugas yang telah dibebankan ( Timpe, 2002).
Mathis dan Jackson (2006), mengatakan bahwa terdapat 5 (lima) indikator yang menjadi ukuran kinerja karyawan, yaitu: kuantitas dari hasıl, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan kemampuan bekerja sama.
               
Sementara itu ldayani (2008) berpendapat bahwa pengukuran kinerya manajer bank meliputi beberapa aspek, yaitu :
               
1) pengelolaan transaksi,
              2) pengelolaan administrasi,
                3) orientasi bawahan,
                4) fokus pada pelanggan,
                5) orientasi kualitas,
                6) kerjasama

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Dan
Produktifitas.
Hasil pengujian data penelitian menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil ini bermakna bahwa semakin meningkat tingkat kecer dasan emosional, maka kinerja akan semakm meningkat. Koefisien jalur bertanda positif mengindikasıkan semakin meningkat tingkat kecerdasan emosional, maka akan mengakibatkan semakin meningkat pula kinerja.
Hasil penelitian di lapangan memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Carmeli (2003). Cote dan Chrstopher (2006), Tischler et al. (2002) dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Thomas Sy, et al. (2006), Wong, dan Kenneth (2002) dan penelitian yang dilakukan oleh Higgs dan Dulwicz (2002) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan syarat  kunci  kesuksesan dan keahlian seseorang.
Kunci sukses lainnya antara lain adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi dan empati.Canan seseorang unc sukses
                Keempat empatnya berperan dan dipercaya sebagai indikasi sukses di tempat kerja.
Pada dasamya setiap orang memiliki kesadaran akan emosi diri sendiri dan orang lain, dan menyesuaikan perilaku mereka berdasarkan pengetahuannya atas kecerdasan emosionalnya. Selanjutnya dikatakan bahwa keduanya merupakan ketrampilan dan Kemampuan dalam mengelola emosionalnya  (key people skill).  Dalam mengelola kecerdasan emosional, maka terdapat tiga dimensi yang harus dipahami, yang meliputi  kombinasi Sifat, kombinasi nilai nilai (norma-norma) dan kombinasi perilaku yang memainkan sebagian besar peran untuk mencapai sukses.
Disamping itu diperlukan adanya kombinasi antara kecerdasan intelektual (intellectual quetion) dan kecerdasan emosional (emotional intellngence) sangat berperan dalam menentukan kesuksesan dan peningkatan prestasi kerja . Dalam dunia kerja cukup bervariasi baik dalam bentuk, jenis dan karakter bahkan waktu kapan suatu pekerjaan dilakukan akan berpengaruh terhadap penggunaan emosi.  Maka emosi pekerjaan sebagai format manajemen kesan (Zapf, 2002) berada sepenuhnya dalam diri individu karyawan. Selanjutnya dengan kondisi kecerdasan emosionalnya, menentukan apakah yang bersangkutan mampu menghadapi kenyataan dengan kesan positif yang menghasilkan Kinerja yang tinggi atau sebaliknya. Menurut Goleman (200) semakin komplek suatu pekerjaan, maka semakin penting kecerdasan emosional. Apalagi karena adanya Kekuran gan dalam kemampuan emosional seseorang, bisa terganggu dalam menggunakan keahlian teknis atau keenceran otaknya. Pendapat ini menegaskan bahwa kinerja dengan otak saja tidak memadai untuk memperoleh hasil dengan kinerja yang tinggi tetap diperlukan keterlibatan kecerdasan emosional.
                Masih menurut Goleman bahwa separuh keter ampilan teknis memang diperlukan (untuk beKerja), namun separuha lainnya berada dalam wilayah yang tidak tanpak, yakni kecerdasan emosional, buktinya belakangan ini telah melahirkan pera bintang kinerja.
Inti kecerdasan emosional adalah bagaimana hubungan dan komunikasi seseorang dengan orang lain agar didapat dan diperoleh keserasian hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (mutual advantage).
Sescorang yang dapat secara optimal mengekspresikan kekuatan kerjanya untuk mencapai hasil yang optimal adalah bilamana seseorang dan relasnya mampu terjalin dalam kemas an pekerjaan pekeraan yang indah. Ginanjar (200) menyatakan bahwa selama hubungan emosional ini  dapat dijalin dengan :Indah”  akan menghasilkan hubungan yang indah pula.
Apakah hubungan antara perasaan pimpinan dengan perasaan bawahan, dan lain lain tergantung pada jenis hubun gan kerja yang bagaimana, akan mampu menghasilkan kinerja yang baik. Demikian pula sebaliknya, Jika hubungan perasaan itu tidak terjalin dengan "indah", maka akan menghasılkan kinerja yang rendah. Hal-hal yang dapar merusak hubungan yang telah terjalin secara baik antara lain adalah :  adanya prasangka prasangka yang negatif, adanya perbedaan prinsip hidup, adanya perbedaan pengalaman hidup, adanya perbedaan kepentingan dan prioritas, perbedaan sudut pandang, perbandingan dan sikap fanatisme.

KESIMPULAN DAN SARAN
kesimpulan
Kecerdas an emosional sangat mempengaruhi kinerja dan juga produktifitas sebuah TIM, setiap individu yang empunyal Kecerdiasan emosional yang tinggi akan mudah beradaptasi dengan lingkungan seperti apapun. Sehingga jika ia di tempatkan diposisi yang tersulitpun ia akan bisa melawatinya dengan mudah walau memerlukan dukungan dan motivasi dari pihak lain yang bersangkutan.
                Dengan begitu setiap individu yang telah menguasai kecerdasan emosional akan mudah dan baik hasilnya jika ia mengerjakan setiap pekerjaannya. Emosinya akan terkontrol dengan baik sehingga kinerja dan produktivitas kerjanya akan meningkat sangat tinggi baik itu secera personal maupun secara tim.
                Kecerdas an emosional meningkat akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Semakin meningkat kecerdasan emosional, maka kepuasan kerja juga akan mengalami peningkatan. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan tugas dan peningkatan kepuasan manajer. Oleh karena tu kemampuan seseorang dalam mengolah dan menggunakan emosi dengan cerdas dalam bekerja, serta pandangan yang jernih dalam menghadapi segala persoalan dan berpandangan luas dalam mencari solusi dalam setiap persoalan merupakan bagian penting dan harus dipelihara terus menerus, dipertahankan dan bahkan dapat memberikan manfaat besar, diantaranya adalah adanya perasaan kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan.
                Meningkatnya kecerdasan emosional setiap ndividu akan berdampak pada kinerja tim yang semakin meningkat.  Kecerdasan emosional yang meningkat memberikan Kemudahan tim dalam nenjalankan tugasnya secara bermakna, sehingga berampak besar terhadap peningkatan Kinereja dan produkfitas kerjaa.  Kemampuan tim dalam mengelola kesadaran diri, pengaturan diri, motivasI dan empati yang merupakan bagian dari Kecerdasan emosional  adalah berperan penting dalam peningkatan kinerja.
                Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional itu sangatlah berpengaruh terhadap kinerja dan produktifitas dalam sebuah tim yang melaksanakan tugas dalam suatu organisasi atau instansi yang terkait dengannya.

Saran
               
Melakukan kontrol terhadap semua pihak yang teriibat dalam kerjasama dalam sebuah tim atau organisasi itu perlu dilakukan agar kinerja sebuah tim mampu dilaksanakan dengan baik, serta peningkatan kecerdasan emosional setiap individu akan lebih cepat meningkatnya sehingga kinerja dan produktifiitas dalam tim akan meningkat secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto A.S dan Troena. 2011. Pengaruh Kecerdasan Enmosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kepemimpinan. Transformasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer (Studi di Bank Syari 'ah Kota Malang). Vol. 10 No. 4 pg. 694-709.

Daulay. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Pt Sinar Inti Berkah Sejahtera Madan. Vol. 2 No.1 Mei 2009.

Wiwik Sumiyarsih, Endah Mujiasih, dan Jati Ariati. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan emosional Dangan Organizational Citizenship Behavior (Och) Pada Karyawan Cv. Aneka limu Semarang. Vol. 11, No.l, April 2012

ALDI RAMDHANI FAHLEVI DEISTI-Maret 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja dan Produktifitas Dalam Kerjasama Tim disebuah Organisasi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Efektivitas Pembelajaran yang ditunjang dengan Instrumen analisis  butir soal Oleh R Agus Suryahadi 1882050080 KATA PENGANTAR Assalamu’ala...