“Pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas”
Oleh : R Agus Suryahadi / 1882050080
Pendahuluan
Banyak contoh di sekiar kita membukti kan bahwa orang yang memilki kecerdasan
otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah
didunia peker aan, bahkan seringkall
yang berpendidikan fomal lebih rendah
ternyata banyak yang lebih berhasil.
Kebanyakan Pendidikan Formal hanya menekankan Kecerdasan akal saja (IQ),
padahal yang lebih diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inis
iatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian
baru.
Di antaratnya adalah kemampuan mendengarkan dan berkecerdasan emosioal lisan, dapat beradaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keing inan memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendal ikan emosinya Sehmgga dapat menghasilkan optimalisasi pada rungsi kerjanya.
Seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu
membedäkan orang sukses dari mereKa yang berprestas biasa Dbiasa saja, Selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasi lan orang dalam bekerja.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampılan-keterampilan yang dimiikinya, termasuk keterampllan intelektualnya.
Berdasarkan uraian di atas, Penyusun tertarik untuk membuat ulasan dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motifasi Kerja dan peningkatan Produktifitas” Adapun tujuan ulasan ini adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana Kecerdasan Emosional mempengaruhi Kinerja dan Produktifitas.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah "kecerdasan emosional" pertama kali dilontarkan
pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer darı
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang
tampaknya penting bagi keberhasian individu.
Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial
yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain, memilah milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
mengembangkan pikiran dan tindakan.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun
sosial. Bar-On (dalam Mayer dkk, 2001) mendefiisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaan kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Goleman (2005) membagi aspek kecerdasan emosional menjadi lima aspek dasar, meliputi :
1 kesadaran Diri, kemampuan
mengetahui yang dirasakan.
2. Pengaturan Diri, kemampuian mengatur emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada
pelaksanaan tugas.
3. Motivasi, kemampuan menggunakan hasrat un tuk menggerakkan dan
menuntun
diri menuju sasaran.
4. Empati, kemampuan merasakan perasaan orang lain dan mampu
memahami perspektif orang lain
5. Keterampilan Sosial, kemampuan untuk menanggapi emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain, mampu membaca situasi dan
jaringan sosial secara cermat, dapat berinteraksi atau bekerja sama dengan lancar.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosnya secara tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehdupan sehari- hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di tempat kerja (Goleman, 2005).
Kecerdasan emosional Juga mampu meenentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketramplan ketrampilan praktis dan mendukung Kinerja (GOeman, 2009).
Bernkut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional
menurut para ahli (Mutadin, 2002), yaitu
a. Salovey dan Maver (1990)
Mende finisikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih
dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan
maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan
intelektual.
b. Cooper dan Sawatr (1998)
Mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan merasakan, memahanmi, dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai Sumber energi, informasi, koneksi dan
pengaruh yang manusiawi. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan
emosi menuntut seseorang
untuk belajar mengakul, mengharga
perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapmya
dengan tepat dan menerapkan secara
etektif energi emosi dalam kehidupan sehari hari.
c. Howes dan Herald (1999)
Mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi
pintar menggunakan emosinya Lebih
lanjut dijelaskan, bahwa emosi meanusia berada diwilayah
dari perasaan lubuk hati, naluri yang
tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
dihormati, kecerdasan emosional akan
menyediakan pemahaman yang lebih mendalamdan lebih
utuh tentang diri sendiridan orang
lain.
d. Golenman (2003)
Mendefniskan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan lebih yang dimilki seseorang dalam
memotivasi dirl, ketahanan dalam
menghadapi kegaga lan, mengendalikan emosı, dan menunda
kepuasan serta mengatur keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Pengendalian
emosi adalah kemampuan untuk menahan din dari dorongan-dorongan emosi yang tak
tekendal dari pandangan publik (Thoits, 1989 dalam ferris,2 003).
Konsep tersebut kemudian diperdalam oleh Goleman (1998) yang mengatakan bahwa
koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut
akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan
diri dalam pergaulan sosial.
Goleman, Boyatzis, McKee (2004) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimliki seseorang dalam memotivasi diri, Ketananan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalik an emosi dan menunda Kepuiasan, serta mengatur
keadaan Jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana natl.
Cooper dan Sawat (1999) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adal ah kemampuan
merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawI. Penelitian lebih lanjut yang di
lakukan oleh
Mc Clelland (dalam Goleman, 1999) menyatakan bahwa kemampuan
akademik bawaan, nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak
memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa
tinggi sukses yang dicapai selama hidup.
Sebaliknya Mc.Clelland mengatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti
empati, disiplin diri dan inisiatif mempu membedakan orang orang sukses
denganmereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan mereka. Kemudian
hasil penelitian Goleman (1999) menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan
emosional adalah pendorong kinerja puncak. Kemampuan- kemampuan kognitıif
seperti big picture thinking dan long term vision Juga penting. Tetapi ketika
dibandngkan antara kemampuan teknikal, 1Q dan kecerdasan emosional sebagai
penentu kinerja yang cemerlang tersebut, maka kecerdasan emosional menduduki
porsi yang lebih penting dua kali dibandingkan dengan yang lain pada seluruh
tingkatan jabatan. Kecerdasan emosional adalah kemempuan seseorang untuk mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain (empatı) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang
lain.
Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi
ke dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola
emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan
membina hubungan dengan orang lain.
Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Self
Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya
dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki
tolok ukur yang realistis atas kemampuan dri sendiri dan kepercayaan diri yang
Kuat.
2. Pengaturan Diri (Self Management)
Self
Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani
emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan
tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembalh dari tekanan emosi.
3. Motivasi (Self Motivation)
Self
Motuvaton merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun
diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisatif serta bertindak sangat
efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.
4. Empati (Empathy Social awareness)
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain, mampu
memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya, serta
mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
5. Ketrampilan Sosial (Relationship Management)
Relationship
Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca siuasi dan jaringan sosial
secara cemat berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampılan ini untuk mempengaruhi,
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan
perselisihan, serta bekerjasama dalam tim.
Suatu penelitian yang pernah
dilakukan oleh Boyatzis (1999, p.2) dan Chermiss (1998, p.4) terhadap beberapa
subjek penelitian dalam beberapa perusahaan maka hasil yang didapat menunjukan
bahwa karyawan yang memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih
baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan
karyawan tersebut terhadap 26 perusahaan. Chermiss Juga mengungkapkan bahwa
walaupun sesorang tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia
memilki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik
maka kineryanya tidak akan dapat berkembang.
Pengertian Produktifitas
Pengertian produktifitas adalah "Perbandingan antar output
dengan input, dimana output nya harus
mempunya nilai tambah dan teknik pekerjaannya yang lebih baik atau dengan kata lain produktifitas kerja dikaitkan sebagai hasil
yang dapat dari setiap proses produksi dengan
menggunakan satu atau lebih faktor produksi" (Mulyono, 2000: 93)
Ada
beberapa pengertian produktifitas, diantaranya adalah suatu konsep yang
bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan
jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber
sumber riil yang semakin sedikit (Sirait,2006: 247)
Secara umum pengertian produktifitas adalah suatu sikap mental,
menciptakan hari ini yang lebih baik dari kemarin, dan
mengusahakan hari esok yang lebih baik darı hari ini. Adapun
pengertian lain produktifiias adalah produktifitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi
totalitas masukan selama periode tersebut. Produktifitas juga diartikan sebagai
:
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan-kumpulan Jumlah pengeluaran dan masukan
yang
dianyatakan
dalam satuan satuan (unit) secara umum.
Produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengam input,
dimana outputnya harus mempunyai nilai tambah dan teknik
pengerjaannya lebih baik. Adapun rumus dari produkufitas kerja adalah
sebagai berikut :
PK =Output /Input
Adapun tujuan tujuan dari produktufitas kerja sebagai berikut :
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,
pemberhentian, dan penetapan besamya konpensası.
2. Untuk mengukur prestası kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan
keefektifan jadwal kerja, metode kerja
sama, sruktur organisasi, kondisi
kerja dan peralatan kerja.
4. Sebagai indikator untuk menentukan akan latihan bagi karyawan.
5. Sebagai alat unuk menngkatan motivasI pegawai sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan
susunan Kerja yang baik (Sirait,
2006: 253).
Faktor faktor yang Mempengaruhi
Produktifitas
Faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dalam bekerja dibagi dua kelompok
yaitu :
a. Kelompok faktor individual
b. Kelompok faktor situasional
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinası kebijakan,
rencana sumber sumber dan metode dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan. Kombinasi
ini dituangkan melalui faktor faktor produktifitas internal dan eksternal. Pada
tingkat perusahan tersebut hampır seluruhnya diprediksikan dalam sumber pokok
yakni manusia dan bahan bahan melalui :
- Tenaga kerja
- Manajemen dan organisasi.
- Modal pokok dan bahan mentah
Adapun Faktor internal dan eksternal dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Faktor internal
Yaitu, faktor yang terkait pada
diri tenaga kerja yang bersangkutan yang dapat digolongkan
kedalam :
1.
Faktor phiskis, yaitu keadaan jiwa tenaga kerja, keinginan, prestasi dan lain
lain.
2.
Faktor fisik, yaitu keadaan fisik tenga kerja seperti kesehatan, umur dan lain
lain.
3. Faktor pendidikan
keterampilan.
b. Faktor eksternal
Yaitu, keseluruhan faktor diluar
kekuasaan tenaga kerja, antara lain :
1.
Pengaruh lingkungan kerja, misalnya penerangan cahaya, dan udara.
2.
Pengaruh dari syarat kerja, misalnya ruangan kerja, lamanya kerja, upah.
3.
Pengaruh kehidupan umum, misalnya kesehatan, perumahan.
4.
Pengaruh musim, misalnya musim kemarau, musim dingin, pengaruh peralatan,
metode
kerja dan sarana
produksi.
Pengertian Kinerja
Kinerja
diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang telah dicapanya dengan
kemampuan yang telah dimilikinya pada kondisi tertentu. Dengan demikian kinerja
merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tugas yang
telah dibebankan ( Timpe, 2002).
Mathis dan Jackson (2006), mengatakan bahwa terdapat 5 (lima) indikator yang menjadi ukuran kinerja karyawan, yaitu:
kuantitas dari hasıl, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil,
kehadiran, dan kemampuan bekerja sama.
Sementara
itu ldayani (2008) berpendapat bahwa pengukuran kinerya manajer bank meliputi
beberapa aspek, yaitu :
1)
pengelolaan transaksi,
2) pengelolaan
administrasi,
3)
orientasi bawahan,
4)
fokus pada pelanggan,
5)
orientasi kualitas,
6)
kerjasama
Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Kinerja Dan
Produktifitas.
Hasil pengujian data penelitian menunjukkan bahwa Kecerdasan
emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil ini
bermakna bahwa semakin meningkat tingkat kecer dasan emosional, maka kinerja
akan semakm meningkat. Koefisien jalur bertanda positif mengindikasıkan semakin
meningkat tingkat kecerdasan emosional, maka akan mengakibatkan semakin
meningkat pula kinerja.
Hasil penelitian di lapangan memperkuat penelitian yang dilakukan
oleh Carmeli (2003). Cote dan Chrstopher (2006), Tischler et
al. (2002) dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Thomas Sy, et al. (2006), Wong, dan Kenneth (2002) dan penelitian yang dilakukan oleh Higgs dan Dulwicz (2002) yang mengatakan
bahwa kecerdasan emosional merupakan syarat kunci kesuksesan
dan keahlian seseorang.
Kunci sukses lainnya antara lain adalah kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi dan empati.Canan seseorang unc sukses
Keempat empatnya berperan dan dipercaya sebagai indikasi
sukses di tempat kerja.
Pada dasamya setiap orang memiliki kesadaran akan emosi diri sendiri
dan orang lain, dan menyesuaikan perilaku
mereka berdasarkan pengetahuannya atas kecerdasan emosionalnya.
Selanjutnya dikatakan bahwa keduanya merupakan ketrampilan dan Kemampuan dalam mengelola emosionalnya (key people skill). Dalam mengelola kecerdasan emosional,
maka terdapat tiga dimensi yang harus dipahami, yang meliputi kombinasi Sifat,
kombinasi nilai nilai (norma-norma) dan kombinasi perilaku yang memainkan sebagian besar peran untuk mencapai sukses.
Disamping itu diperlukan adanya kombinasi antara kecerdasan intelektual
(intellectual quetion) dan kecerdasan emosional (emotional intellngence) sangat
berperan dalam menentukan kesuksesan dan peningkatan prestasi kerja . Dalam
dunia kerja cukup bervariasi baik dalam bentuk, jenis dan karakter bahkan waktu
kapan suatu pekerjaan dilakukan akan berpengaruh terhadap penggunaan emosi. Maka emosi pekerjaan sebagai format manajemen
kesan (Zapf, 2002) berada sepenuhnya dalam diri individu karyawan. Selanjutnya
dengan kondisi kecerdasan emosionalnya, menentukan apakah yang bersangkutan
mampu menghadapi kenyataan dengan kesan positif yang menghasilkan Kinerja yang
tinggi atau sebaliknya. Menurut Goleman (200) semakin komplek suatu pekerjaan,
maka semakin penting kecerdasan emosional. Apalagi karena adanya Kekuran gan
dalam kemampuan emosional seseorang, bisa terganggu dalam menggunakan keahlian
teknis atau keenceran otaknya. Pendapat ini menegaskan bahwa kinerja dengan otak
saja tidak memadai untuk memperoleh hasil dengan kinerja yang tinggi tetap diperlukan
keterlibatan kecerdasan emosional.
Masih
menurut Goleman bahwa separuh keter ampilan teknis memang diperlukan (untuk
beKerja), namun separuha lainnya berada dalam wilayah yang tidak tanpak, yakni
kecerdasan emosional, buktinya belakangan ini telah melahirkan pera bintang
kinerja.
Inti kecerdasan emosional adalah bagaimana hubungan dan komunikasi seseorang
dengan orang lain agar didapat dan diperoleh keserasian hubungan timbal balik
yang saling menguntungkan (mutual advantage).
Sescorang yang dapat secara optimal mengekspresikan kekuatan kerjanya untuk mencapai
hasil yang optimal adalah bilamana seseorang dan relasnya mampu terjalin dalam
kemas an pekerjaan pekeraan yang indah. Ginanjar (200) menyatakan bahwa selama
hubungan emosional ini dapat dijalin
dengan :Indah” akan menghasilkan
hubungan yang indah pula.
Apakah hubungan antara perasaan pimpinan dengan perasaan bawahan, dan lain lain
tergantung pada jenis hubun gan kerja yang bagaimana, akan mampu menghasilkan
kinerja yang baik. Demikian pula sebaliknya, Jika hubungan perasaan itu tidak
terjalin dengan "indah", maka akan menghasılkan kinerja yang rendah.
Hal-hal yang dapar merusak hubungan yang telah terjalin secara baik antara lain
adalah : adanya prasangka prasangka yang
negatif, adanya perbedaan prinsip hidup, adanya perbedaan pengalaman hidup,
adanya perbedaan kepentingan dan prioritas, perbedaan sudut pandang,
perbandingan dan sikap fanatisme.
KESIMPULAN DAN SARAN
kesimpulan
Kecerdas an emosional sangat mempengaruhi kinerja dan juga produktifitas
sebuah TIM, setiap individu yang empunyal Kecerdiasan emosional yang tinggi
akan mudah beradaptasi dengan lingkungan seperti apapun. Sehingga jika ia di
tempatkan diposisi yang tersulitpun ia akan bisa melawatinya dengan mudah walau
memerlukan dukungan dan motivasi dari pihak lain yang bersangkutan.
Dengan
begitu setiap individu yang telah menguasai kecerdasan emosional akan mudah dan
baik hasilnya jika ia mengerjakan setiap pekerjaannya. Emosinya akan terkontrol
dengan baik sehingga kinerja dan produktivitas kerjanya akan meningkat sangat tinggi
baik itu secera personal maupun secara tim.
Kecerdas
an emosional meningkat akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Semakin
meningkat kecerdasan emosional, maka kepuasan kerja juga akan mengalami
peningkatan. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan
tugas dan peningkatan kepuasan manajer. Oleh karena tu kemampuan seseorang
dalam mengolah dan menggunakan emosi dengan cerdas dalam bekerja, serta
pandangan yang jernih dalam menghadapi segala persoalan dan berpandangan luas
dalam mencari solusi dalam setiap persoalan merupakan bagian penting dan harus
dipelihara terus menerus, dipertahankan dan bahkan dapat memberikan manfaat besar,
diantaranya adalah adanya perasaan kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan.
Meningkatnya
kecerdasan emosional setiap ndividu akan berdampak pada kinerja tim yang
semakin meningkat. Kecerdasan emosional
yang meningkat memberikan Kemudahan tim dalam nenjalankan tugasnya secara
bermakna, sehingga berampak besar terhadap peningkatan Kinereja dan produkfitas
kerjaa. Kemampuan tim dalam mengelola
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasI dan empati yang merupakan bagian dari
Kecerdasan emosional adalah berperan
penting dalam peningkatan kinerja.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional itu sangatlah berpengaruh terhadap
kinerja dan produktifitas dalam sebuah tim yang melaksanakan tugas dalam suatu
organisasi atau instansi yang terkait dengannya.
Saran
Melakukan
kontrol terhadap semua pihak yang teriibat dalam kerjasama dalam sebuah tim atau organisasi itu perlu
dilakukan agar kinerja sebuah tim mampu dilaksanakan dengan baik, serta
peningkatan kecerdasan emosional setiap individu akan lebih cepat meningkatnya sehingga kinerja dan produktifiitas dalam
tim akan meningkat secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyanto A.S dan Troena. 2011. Pengaruh Kecerdasan Enmosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap
Kepemimpinan. Transformasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer (Studi
di Bank Syari 'ah Kota Malang). Vol. 10 No. 4 pg. 694-709.
Daulay. 2009. Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Pt Sinar Inti Berkah
Sejahtera Madan. Vol. 2 No.1 Mei 2009.
Wiwik Sumiyarsih, Endah Mujiasih, dan Jati Ariati. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan emosional Dangan
Organizational Citizenship Behavior (Och) Pada Karyawan Cv. Aneka limu Semarang.
Vol. 11, No.l, April 2012
ALDI RAMDHANI FAHLEVI DEISTI-Maret 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Kinerja dan Produktifitas Dalam Kerjasama Tim disebuah Organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar