Kamis, 14 Januari 2021

 

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak . 

 



 

 

 

 

Oleh : R Agus Suryahadi / 1882050080 / B.Inggris

 

Abstrak.
         
Makalah  ini bertujuan untuk mengetahui  Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Anak.
Data Kajian dan Landasan Teori dikumpulkan dengan metode Study Journal Ilmiah yang telah di rilis oleh para Peneliti dalam rangka  memenuhi tugas Skipsi S1 yang bersangkutan.
Para Peneliti dalam Jurnal Ilmiah tersebut mengumpulkan data penelitiannya antara lain dengan cara metode Dokumentasi.
Dan untuk membuat Kesimpulan, Para peneliti rata rata menggunakan metoda Analisis dan Hipotesis.
            Demikian Makalah ini Saya sampaikan dalam rangka membuat suatu kajian dari Jurnal Ilmiah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Eotional Intellegent.

 

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

            Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat melahirkan masalah sosial dan tuntutan yang lebih baru. Pendidikan bertugas menjawab tantangan-tantangan dan memecahkan masalah sosial yang muncul dalam bentuk perbaikan dan pembaharuan pendidikan. Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dengan tujuan untuk dapat mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang Guru adalah Seorang Guru.
            Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks dan pelaksanaannya melibatkan banyak pihak, sehingga hasil dari pendidikan tersebut juga diwarnai berbagai hal atau faktor yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.
            Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, pengendalian diri, semangat, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, empati, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungannya. Kecerdasan Emosional akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupannya. Dalam proses belajar, seorang siswa akan sangat dipengaruhi oleh Kecerdasan Emosionalnya. Jika siswa dapat mengendalikan dirinya, ia tidak akan terganggu dengan lingkungan sekitarnya, maka ia akan berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang diajarkan. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.


B. Identifikasi Masalah

            Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya Prestasi Belajar Anak  adalah sebagai berikut:
        
     1. Siswa belum dapat mengontrol Kecerdasan Emosional saat proses belajar mengajar yang                      berpengaruh pada Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan yang belum optimal.
     2. Kecerdasan Intelektual dianggap sebagai satu-satunya alat untuk mengukur kecerdasan siswa.

C. Pembatasan Masalah

            Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, diketahui ada banyak faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Agar Makalah  ini lebih terfokus dan tidak terjadi bias atau perluasan kajian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Anak.


     1.  
Bagaimanakah Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak.
     2. Bagaimanakah Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.

E. Tujuan penyusunan Makalah

            Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk:

     1. Mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar 
         Anak.
     2. Mengetahui Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Anak.

 

Kajian Literatur dan landasan Teori

A. Kecerdasan Emosional

1. Kecerdasan

            Stern menitikberatkan masalah intelligence atau kecerdasan pada 
soal adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang memiliki intelegen tinggi akan lebih cepat dalam memecahkan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang Intelegen. Thorndike mengemukakan pendapatnya bahwa “Intelleigence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”. Orang dianggap intelegen apabila responsnya merupakan respons yang baik sesuai terhadap stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, individu harus lebih banyak hubungan stimulus-respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respon-respons yang lalu (Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi Offset) hal. 192 . )
           Binet memandang intelegensi sebagai kapasitas umum untuk memahami dan menalar sesuatu, yang mengejawantahkan diri dalam berbagai cara. Binet berasumsi bahwa tugas yang berbedabeda tersebut menggali kecakapan atau kemapuan dasar. Di dalam Intelegensi terdapat suatu kecakapan dasar, yang bila mengalami perubahan atau kekurangan akan mempengaruhi kehidupan praktis. Kecakapan ini berupa daya timbang, atau disebut juga akal sehat, cita rasa praktis, inisiatif, kecakapan untuk mengadaptasikan diri terhadap situasi. Menimbang dengan baik, memahami dengan baik, menalar dengan baik, merupakan kegiatan intelegensi yang sangat penting (Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi, (Jakarta :Erlangga) hal. 124)
            Chaplin mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak dan kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat (J.P. Chaplin., Kamus Lengkap Psikologi . (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hal. 253). 
            Selanjutnya, David Wechesler mengungkapkan bahwa intelegensi merupakan himpunan kapasitas untuk bertindak secaraterarah, berpikir secara rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif (Rita L. Atkinson, dkk., Pengatar Psikologi., (Jakarta : Erlangga) hal. 124
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan untuk dapat berfikir, bertindak, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, kemampuan belajar dengan cepat dan efektif dari pengalaman yang diperoleh dari hasil respons-respons terhadap stimulus yang diberikan.

 2.  Emosional

            Chaplin mendefinisikan emosional berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan  perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi. Sedangkan emosi di rumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan tingkah laku (J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologit., . (Jakarta: Raja Grafindo Persada). hal 163 dan 165)

            Selanjutnya Walgito menjelaskan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu, misal seorang merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar ataupun merasakan sesuatu. Oleh karena itu emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau meyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedangmengalami emosi (Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umumt., (Yogyakarta : Andi Offset), hal 202 dan 209).
       Menurut Goleman emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongam untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam individu.sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis (Daniel Goleman, Emotional Intelligence : kecerdasan emosional, Mengapa EI lebih penting dari pada IQ., (Jakarta: Gramedia  Pustaka Utama) hal. 411)
         Menurut Jhon Mayer orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan ini maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani sia-sia (lbid, hal 65)
     Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

 3. Kecerdasan Emosional

           Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai "himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan" (L.E. Shapiro,Mengajarkan Emotional Intelligent.(Jakarta :Gramedia Pustaka Utama) hal. 8)
           Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame of mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan monolitik yng penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada speltrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpesonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan Gardner sebagai "kecerdasan pribadi" (Daniel Goleman., Emotional Intelligence : kecerdasan emosional, Mengapa EI lebih penting dari pada IQ., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) hal. 50 )
           Selanjutnya, Gardner memberi ringkasan pendek tentang kecerdasan pribadi terdiri dari : ”Kecerdasan antar Pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka bekerja bahu-membahu dengan mereka. Kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain. Kecerdasan intraPribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemapuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Ibid., hal. 52)
           Dalam rumusan lain, Gardner mencatat bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antarpribadi yang merupakan kunci untuk menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. ( Ibid., hal 53)
            Menurut Goleman Kecerdasan emosional adalah Kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan Intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan self science. Unsur Self Science ini antara lain mengenali emosi, mengelola emosi diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. (Ibid., hal 380)
            Mengenali emosi dalam artian mengenali perasaan dan menyusun kosa kata untuk perasaan itu, kemampuan diri berupa mengenali kekuatan dan kelemahan kita, melihat diri dengan sisi yang posistif. Mengelola emosi dalam artian menyadari apa yang ada dibalik suatu perasaan (misalnya rasa sakit yang memicu amarah), dan mempelajari cara untuk menangani akibatnya, seperti amarah, cemas, sedih dan sebagainya. Motivasi diri untuk selalu mampu berubah menjadi lebih baik dari  sebelumnya, siap untuk ngambil kesempatan dan tahan terhadap tantangan yang datang. Empati merupakan pemahaman tentang perasaan orang lain dan menerima sudut pandang mereka, serta menghargai perbedaan dalam cara bagaimana perasaan orang terhadap berbagai hal. Membina hubungan dengan lingkungan merupakan ujian akhirnya, membedakan antara apa yang dikatakn orang atau yang dilakukan sesorang dengan reaksi dan penilaian anda sendiri. (Ibid,. hal. 381-382)
Kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasakan pada kecerdasan emosional tersebut. Kecerdasan emosi merupakan potensi kita untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang disarkan pada lima unsurnya : kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecakapan emosi kita menunjukan berapa banyak potensi yang telah kita terjemahkan untuk lingkungan kita. Sebagai contoh, pandai dalam bersosial di masyarakat adalah kecerdasan emosi yang didasarkan pada keterampilan sosial. (Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) hal.39)
Berdasarkan uraian diatas, kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelolal emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.


B. Hasil Belajar

            Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, yang dimaksud adalah tidak sebatas memiliki keterampilan(skill) namun lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar-benar menguasainya. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas itu adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolaahan informasi, menajdi kapabilitas baru (Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 10)
            Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interkasi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotir (Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal 140) Perubahan yang terjadi itu akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh  individu adalah hasil dari proses belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu yng dipengaruhi olah faktor dari dalam individu dan dari luar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar yang telah terjadi pada seseorang dapat disimpulkan dari hasilnya. Misalnya, dari tidah tahu, menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu dan sebagianya (Ibid., hal. 141)
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Selajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 127)
            Berpikir merupakan bagian dalam proses belajar. Menurut Abror, berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir. Tetapi menurut Garret, berpikir adalah tigkah laku yang sering implisi dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan simbol-simbol (gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep konsep). Tingkah laku serupa itu tidak terbats pada “jiwa”, tetapi bisa melibatkan seluruh tubuh. Disini harusdiakui bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi (Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar., (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 171)
            Proses belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) dan evaluation (menilai). Doamian afektif adalah receiving (sikap penerimaan), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (krakterisasi). Doamin Psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized. (Agus Supriyono, cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Belajar) hal. 6)
            Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandngan yang berbeda tentang belajar. Perbedaan pendapat orang tentang belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal dan sebagainya. Tidak semua kegiatan dapat tergolong kegiatan belajar misalnya melamun, marah manikmati hiburan dan sejenisnya. (Ahmadi dan Widodo, Psikologi belajar. (Jakarta : Rhineka Cipta) hal.126)
            Perubahan yang terjadi dalam diri individu dalam proses belajar banyak sekali jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam artian belajar. Perubahan karena kondisi keadaan fisik , aspek-aspek kematangan, pertumbuhan tidak masuk perubahan dalam pengertian belajar. (Ibid., hal. 128)
            Menurut Gagne, belajar adalah interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “ stimulus dari lingkungan”. Proses kognitif tersenut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersenut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik dan sikap. (Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rhineka Cipta) hal. 11)
Hasil belajar ini diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian di tandai dengan skala nilai berupa kata atau huruf atau simbol. (Ibid,. hal 200)
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
            Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran sertabukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

 
Kajian hasil penelitian Jurnal ilmiah Tugas Akhir Mahasiswa S1.

      1.   Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa adalah sebesar 16,1%. Artinya,
masih  ada sisa 83,9% yang merupakan variable atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang memungkinkan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN 4 Sleman. (Muhammad Nur Muslim, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas XI MAN 4 Sleman, Yogyakarta, hal 73)

2      
Dari hasil penelitiannya didapatkan persamaan regresi pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai Kecerdasan Emosional akan mengurangi nilai prestasi belajar, dan hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (Muh.Jidan Ananta, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)

3.   
Terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Matematika melalui Minat Belajar Matematika Siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis melalui analisis jalur th > tt ( 2,97 >1,980) yang berarti ada pengaruh tidak langsung yang signifikan. (Indah Mayang Purnama, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika di SMAN Jakarta Selatan, hal 244) 

4.    
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan Orang Tua  pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)

5. 
Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan matematika Universitas Papua, dengan persamaan regresi Y=3,239+0,032X. (Purwanti Nurhasanah, Deskripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika UNIPA, hal 177)


Kesimpulan

Dari pengamatan hasil kajian Literatur dan Landasan Teori diatas hasil penelitian 
Jurnal  ilmiah Tugas Akhir Mahasiswa S1, Kami menyimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh yang beragam.

1.     Ada beberapa peneliti yg berpendapat  bahwa dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (muh.Jidan Ananta, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SDN Ketawanggede Malang, hal 66)

2.    
Pengaruh Kecerdasan Emosional mempunyai kecenderungan yang baik bagi Prestasi belajar Anak. 

3.    
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak / Siswa didik mempunyai pengaruh yang berbeda beda ditinjau dari usia Anak / Siswa didik. 

4.    
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan Orang Tua pada pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar. (Dwi Handayani, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Status Sekolah, hal 84)

 

 

Penutup

Daftar Link  Literatur Kajian Jurnal ilmiah.

http://etheses.uin-malang.ac.id/2771/1/10410137.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/234809-pengaruh-kecerdasan-emosional-dan-minat-c598335a.pdf

https://repository.usd.ac.id/9923/2/031334048_Full.pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/download/3777/2961/

http://repository.iainbengkulu.ac.id/2614/1/SKRIPSI%20%20ALWAN%20BASIR.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Efektivitas Pembelajaran yang ditunjang dengan Instrumen analisis  butir soal Oleh R Agus Suryahadi 1882050080 KATA PENGANTAR Assalamu’ala...