Jumat, 12 Februari 2021

 




Transformasi Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0

 

 


   

Oleh : R Agus Suryahadi / 18820500
UNIVERSITAS PANCA SAKTI
2021


Abstrak
Guru merupakan Profesi Mulia disisiNya, Bahkan Rosulullohpun diutus olehNya menjadi Seorang Guru “Sungguh aku telah diutus (oleh Allah SWT) sebagai seorang guru.” (HR. Ibnu Majah).
Seorang Muridpun jika Memuliakan Guru, maka SURGA tempatnya. Rosululloh Bersabda “Barangsiapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barangsiapa memulikan aku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barangsiapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surga”. (dikutip dalam Lubab al-Hadits  oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi)

Seorang Guru adalah Seorang Guru, (R Agus Suryahadi , Pengaruh kecerdasan Emosional terhadap Prestasi belajar Anak. 2021), Berbagai usaha ditempuh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dengan tujuan untuk dapat mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era Revolusi Industri 4.0
Pembelajaran di era revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-baseLearning.  Bahkan diramalkan, system pendidikan dalam era society 5.0, memungkinkan siswa atau mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot yang sudah dirancang untuk menggantikan peran pendidik (Faulinda Ely Nastiti, Aghni Rizqi Nimal Abdu, Kajian: Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0. Edcomtech. 2020)

Pendahuluan
Revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri merupakan fenomena yang terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan tersebut ikut berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. (Warta Ekonomi, Mengenal Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0. 2019)
Didalam dunia Pendidikanpun ikut terdampak dari perubahan besar disetiap tahapan Revolusi Industri.
Berikut Info Grafis Tahapan Revolusi Industri hingga saat ini.                                                                       


Didalam Karya Tulis ini, Penulis mencoba membahas tentang sejauh mana fungsi Pendidikan yang akan ditransformasikan menuju Era Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0.

                                                                      

Revolusi Industri   

Revolusi industri pertama terjadi pada abad 18, ketika ditemukan mesin- mesin bertenaga uap, yang membuat manusia beralih dari mengandalkan tenaga hewan ke mesin-mesin produksi mekanis. Revolusi industri kedua berlangsung di sekitar 1870 ketika perindustrian dunia beralih ke tenaga listrik yang mampu menciptakan produksi massal. Revolusi industri ketiga terjadi di era 1960-an saat perangkat elektronik mampu menghadirkan otomatisasi produksi. Kini, perindustrian dan manufaktur dunia bersiap menghadapi revolusi Industri 4.0.

Secara umum, definisi revolusi industri adalah ketika kemajuan teknologi yang besar disertai dengan perubahan sosial ekonomi dan budaya yang signifikan. Terminologi Revolusi Industri 4.0 pertama kali dikenal di Jerman pada 2011. Pada Industri 4.0 ditandai dengan integrasi yang kuat terjadi antara dunia digital dengan produksi industri. Revolusi industri 4.0 merupakan era digital ketika semua mesin terhubung melalui sistem internet atau cyber system. Situasi membawa dampak perubahan besar di masyarakat.
Kristen Margi Suryaningrum, Binus School of Computer Science,(2019). (Siapkah Indonesia menyongsong Society 5.0 dengan seiring perkembangan Big Data yang semakin pesat ?)
Society 5.0 adalah suatu konsep Society yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang pertama kali dikembangkan oleh Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia.

Era Digital dan dan Inovasi Pembelajaran Berbasis Teknologi

Freud Pervical dan Henry Ellington (1988) menyatakan inovasi pembelajaran yang dilakukan di berkembangnya teknologi informasi digital adalah memanfaatkan sarana teknologi informasi yang berkembang pesat di era revolusi industri 4.0 ini untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Selanjutnya Reigeluth (2011) mengartikan bahwa inovasi pendidikan dalam metode pembelajaran mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran. Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny Semiawan,1997) dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif Kemudian Mauch J.E. (2014) menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar dan belajar yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran kelompok.

Berbagai pendapat di atas, menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran berhubungan memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru, tentunya dengan memanfaatkan media teknologi informasi.

Ketepatgunaan dalam melakukan inovasi pendidikan sangatlah berpeluang bagi terciptanya banyak kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih suatu komponen yang sangat menentukan terciptanya kondisi selama berlangsungnya pembelajaran.

Dalam konteks kondisi pembelajaran yang menyenangkan Davies (2011) menegaskan bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin peserta didik akan dapat belajar. Hal ini menunjukkkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam merancang dan mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode secara tepat. Untuk itu peranan masyarakat digital di era revolusi industri 4.0 ini menjadi tantangan bagi membangun pendidikan berbasis teknologi informasi yang mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat era revolusi industri 4.0 ini.

Transformasi pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0

Pendidikan umum memberikan landasan kuat kepada peserta didik untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya berbicara tentang agama, melainkan berfikir, berperasaan, berkesadaran, bertindak, berperilaku dan beramal sesuai dengan agama yang dianut masing-masing. Pendidikan umum bertujuan memanusiakan manusia” peserta didik, tidak boleh tidak wajib melandasi proses pelaksanaannya dengan moral yang bermakna seluas-luasnya (Mulyana, 2008). Pada proses pendidikan umum, moral itu wajib tercermin pada suasana pembelajaran interaksi edukatif- pengembangan materi pembelajaran, penerapan metode dan strategi sampai dengan evaluasi yang diterapkan. Pada pelaksanaan pendidikan umum, moral itu menjadi jiwa, suasana, interaksi edukatif dan tujuannya. Pendidikan umum berupaya secara bermakna dan berkesinambungan menghasilkan SDM yang bermoral bagi semua konteks kehidupan dalam suasana dan kondisi apapun (Sumatmadja, 2002).

Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini bukan lagi menjadi kelanjutan untuk revolusi industri ketiga, melainkan menjadi gerbang untuk datangnya revolusi industri 4.0 atau industri 4.0. Davis (World Economic Forum, 2016) mengartikan industri 4.0 ini sebagai cyber-physical systems yang berarti teknologi bukan lagi menjadi ‘alat’ melainkan tertanam pada kehidupan masyarakat. Artificial Intelligence, nanotechnology, biotechnology, autonomus vehicles,dan 3D printing merupakan contoh semakin luasnya perkembangan teknologi saat ini. Kecepatan, jangkauan/cakupan, dan dampak merupakan tiga alasan dari Schwab (World Economic Forum, 2016) yang menjelaskan bahwa transformasi teknologi saat ini bukan perpanjangan dari revolusi industri ketiga, melainkan kedatangan revolusi industri 4.0. Dibandingkan dengan revolusi industri terdahulu yang berubah secara linier, industri 4.0 berubah secara eksponensial sehingga dapat mengganti sistem produk, manajemen, bahkan kepemerintahan secara dalam.

Tantangan pada dunia pendidikan dalam menghadapi industri 4.0 adalah penanaman nilai-nilai pendidikan yang perlu dikembangkan. Menurut Guilford (1985) penerapan dari pendidikan nilai yang dikembangkan adalah:
1) anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar. Kecerdasan berfikir anak dikembangkan dengan seluas-luasnya;
2) memupuk kepribadian anak dengan kepribadian Indonesia sehingga menjadi pribadi yang dinamis, percaya diri, berani, bertanggung jawab dan mandiri;
3) pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah; dan
4) contoh perbuatan baik diterapkan karena lebih berhasil dalam membina watak yang baik . hal inilah yang membedakan manusia dengan mesin di era globalisasi industri 4.0.
 Kirschenbaum (1992) menyatakan bahwa pendidikan nilai pada dasarnya lebih ditujukan untuk memperbaiki moral bangsa. Pendidikan nilai mengajarkan generasi muda tentang value dan moral yang seharusnya dimiliki. Pendidikan nilai ditujukan untuk mencegah antara lain meningkatnya kasus kejahatan, degradasi moral dan penggunaan obat-obatan terlarang oleh generasi muda. Melalui pembelajaran berbasis nilai diharapkan siswa dapat menentukan nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai yang baik untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat.

Tapi pada kenyataanya, semakin pesatnya arus teknologi justru siswa- siswa semakin terlena dan memiliki sikap yang enggan bertanggung jawab, degradasi moral dan meningkatnya kasus kejahatan dikalangan siswa. Dengan adanya aplikasi media sosial yang mempermudah dalam mengakses informasi dan komunikasi mengakibatkan menjamurnya kejahatan di media online. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan nilai dan tantangan bagi pendidik untuk menguatkan karater moral siswa agar tidak terjerumus dan terlena dengan pesatnya teknologi industri 4.0

Kohlberg, (2005) menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan suatu upaya membantu peserta didik dalam menuju satu tahap perkembangan sesuai dengan kesiapan mereka. Peranan guru adalah memperkenalkan peserta didiknya dengan berbagai masalah konflik moral yang realistik. Dilema-dilema moral sudah cukup untuk menggerakkan perkembangan moral untuk membantu peserta didik dalam menyikapi isi nilai. Untuk meningkatkan keberhasilan program pendidikan moral, maka upaya pendidikan tersebut haruslah dilakukan dalam satu just school environment.
Nilai-nilai yang mulai tergerus akibat tranformasi industri 4.0 adalah sebagai berikut :

1. Nilai Kultural. Nilai kultural adalah nilai yang berhubungan dengan budaya, karakteristik lingkungan sosial dan masyarakat (Djhiri, 2002). Pendidikan dapat menolong siswa untuk melihat nilai-nilai kultural sosial secara sistematis dengan cara mengembangkan keseimbangan yang sehat antara sikap terbuka (openness) dan tidak mudah percaya (skepticism).

2. Nilai Yuridis Formal
Nilai Yuridis formal adalah nilai yang berkaitan dengan aspek politik, hukum dan ideologi (Djahiri, 2002). Nilai sosial politik suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku sosial yang baik ataupun berpolitik yang baik dalam kehidupannya.

3. Nilai Religius
Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan tantangan terberat dalam menghadapi revolusi industri 4.0.  Perkembagan jaman menuntut manusia lebih kreatif karena pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi industri 4.0 banyak menggunakan jasa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada hal penting yang membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh mesin. Penanaman nilai inilah yang perlu diperkuat untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa khususnya di dunia pendidiakan.

Tantangan dan kendala yang utama dihadapkan bagi pendidikan indonesia

Dalam merespon perkembangan teknologi, kendala yang utama dihadapkan bagi pendidikan indonesia khususnya daerah terisolir terluar dan terpinggir, berbagai macam tantangan agar pendidikan di indonesia merata dan dapat dinikmati semua pihak. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di indonesia khususnya pada perguruan tinggi yang mencetak generasi yang inovatif dan produktif adalah

1. Kurangnya sistim pembelajaran yang inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.

2. Belum adanya Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.

3. Masih kurangnya Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung volusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK (Lembaga Pemerintah non Kementrian), Industri, dan Masyarakat.

4. Masih kurangnya Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Menjawab Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0

Adanya tantangan dalam bentuk sebuah permasalahan sebisa mungkin diiringi dengan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dunia pendidikan saat ini mulai disibukkan untuk menyiapkan generasi yang mampu bertahan dalam kompetisi di era industri 4.0.
Menristekdikti (2018) bahwa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 beberapa hal yang harus dipersiapkan diantaranya:
A) persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif . untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
B) Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan.
C) Persiapan sumber daya manusia yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
D) Peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembahasan ini solusi dari tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 sebagai berikut.
1) Kesesuaian kurikulum dan kebijakan pendidikan di Indonesia.
Kesesuian kurikulum dan kebijakan pendidikan dapat dilihat salah satunya melalui kompetensi yang dimiliki oleh lulusan pendidikan. Menengok pendidikan di Indonesia saat ini masih diselimuti dengan berbagai macam problematika yang kurang mendukung siswa untuk dapat bertahan di era industri 4.0 tentu menjadi kajian yang harus ditemukan solusinya.
Musyaddad (2013) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan kebutuhan masyarakat masih tergolong rendah, selain itu pendidikan justru dijadikan sebagai kawasan politisasi dari pejabat. Hal itulah yang memperparah ketidakmampuan pendidikan di Indonesia dalam menjawab tantangan di era industri 4.0 Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang dapat dilakukan agar kurikulum dan kebijakan pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan saat ini.

Adapun tawaran solusi sekaligus saran pada beberapa pihak terkait dengan dunia pendidikan di Indonesia, diantaranya:
A) Tidak menjadikan kurikulum hanya sebagai dokumen tertulis yang tidak diterapkan dengan baik. Hal ini sering kali terjadi, ketika kurikulum sudah tersusun sedemikian baik, namun dalam pelaksaanaan justru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum.
B) Mewujudkan pendidikan menengah atau tinggi yang lebih fokus melatih siswa terampil pada suatu bidang keahlian.
C) Melakukan evaluasi kebijakan dan atau kurikulum pendidikan di Indonesia yang berdasarkan pada orientasi kebutuhan pendidikan, bukan politisasi.

2) Kesiapan SDM dalam Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technologies)
Saat ini, menyiapkan semua sistem pendidikan yang ditujukan untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki generasi milinieal tentunya tidak bisa lepas dengan peralatan teknologi terkini.
Oleh karena itu solusi dalam bidang pendidikan yang berkaitan dengan tantangan di era revolusi industri 4.0 akan selalu berkaitan dengan kesiapan sumber daya manusia dan sarana prasarana sebagai pengguna ICT.

Begitu pula dalam pembelajaran, melibatkan dan mengajar siswa millennial secara efektif, sistem sekolah harus dilengkapi dengan prasyarat sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berkaitan dengan penggunaan peralatan teknologi. Kemampuan yang dimaksud yaitu kemampuan dalam menggunakan ICT sehingga mampu mendampingi dan mengajarkan siswa dengan memanfaatkan ICT. Memiliki ketrampilan ICT juga harus diiringi dengan pemahaman bahwa ICT untuk dimanfaatkan dalam memperoleh hasil belajar yang positif.
International Education Advisory Board (2017) mengungkapkan bahwa setiap guru yang ada, tidak dikecualikan dari kebutuhan akan keterampilan tersebut, Pengembangan untuk semua pendidikan sangat penting untuk memastikan teknologi digunakan dengan mudah di dalam pembelajaran dan mampu mempermudah penyelenggaraan pendidikan. Peralatan yang memadai tidak akan berguna jika tidak diiringi dengan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkannya.

Kesimpulan

Di Indonesia kesiapan menghadapi tantangan pendidikan era revolusi industri 4.0,  adalah segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia Indonesia melalu pendidikan dengan melahirkan operator dan analis handal bidang manajemen pendidikan sebagai pendorong kemajuan pendidikan berbasis teknologi informasi di Indonesia untuk menjawab tantangan Industri 4.0 yang terus melaju pesat. Kebijakan manajemen pendidikan di Indonesia saat ini mendorong seluruh level pendidikan, terutama pendidikan tinggi untuk memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan komputasi pendidikan era revolusi industry 4.0.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan antara lain,
1) kesesuaian kurikulum dan kebijakan dalam pendidikan,
2) kesiapan SDM dalam memanfaatkan ICT, mengoptimalkan kemampuan peserta didik, dan mengembangkan nilai - nilai (karakter) peserta didik, serta
3) kesiapan sarana dan prasarana pendidikan.

 

Daftar Rujukan

Syamsuar, Reflianto. (2018). Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis teknologi informasi di era Revolusi Industri 4.0, Universitas Negri Padang.

Iqbalsweden,  Mengenal 4 Tahap Perkembangan Revolusi Industri Dunia, Steemit (2018).

Kristen Margi Suryaningrum, Binus School of Computer Science,(2019). Siapkah Indonesia menyongsong Society 5.0 dengan seiring perkembangan Big Data yang semakin pesat ?.

Warta Ekonomi. (2019). Mengenal Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0.

Edcomtech. (2020). Kajian: Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0

Djahiri. (2002). Strategi Pengajaran Afektif, Nilai Moral dan Games dalam Pembelajaran. VCT Bandung

Guilford, J. P. (1985). The structure-of-intellect model. In B. B. Wolman (Ed.), Handbook of intelligence: Theories, measure- ments, and applications (pp. 225–266). New York: Wiley.

International Education Advisory Board. (2017). Learning in the 21st Century: Teaching Today’s Students on Their Terms. USA: Certiport.

Davies, Ivor K. (2011). Instructional Technique . New York: McGraw Hill Book Company.

Kirschenbaum, D.S.&Tomarken 0A J.(1982). On facing the generalization problem The study of self-regulatory failure. In E C. Kendall (Ed.), Advances in cognitive-behavioral research and therapy (Vol. 1). New York: Academic Press.

Kohlberg, L.(2005). Tahap-tahap Perkembangan Moral, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Cetakan Pertama

McGuire dan Alismail. (2015). 21st Century Standards and Curriculum: Current Research and Practice. Journal of Education and Practice, 6 (5) 150 -154.

Menristekdikti. 2018. Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0. (Online) https://ristekdikti.go.id/pengembangan- iptek-dan-pendidikan-tinggi-di-era-revo-lusi-industri-4-0-2/ diakses tanggal 6 Februari 2018.

Mauch J.E. et all (2014) Corporate Social Responsibility Education In Europe. Journal of Business 323-337.

Mulyana, D., dan Rakhmat. (2008). Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosdakarya

Musyaddad, Kholid. 2013. Problematika Pendidikan di Indonesia. Education and Biology Journal, 4 (1) 51 – 57.

Nasution, Sumaatmadja. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar PT. Bumi Aksara: Jakarta

Nurhaidah. (2017). Kompetensi Guru Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Tik) Di Sd Negeri 16 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2 (2) 126 - 134.

Percival & Ellington, Henry (1988). Teknologi Pendidikan. (alih bahasa Sudjarwo S.). Jakarta: Penerbit Erlangga

Reigeluth, C.M. (2011). Desain Instruksional Teori dan Model-Model (Alih Bahasa: Ary Nilandari). Bandung: Alfabeta

Semiawan, Conny. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.

Syukur, Imam. (2014). Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20 (2) 200 – 210.

Wening. (2015). Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan Karakter,2 (1) 55 – 64.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Efektivitas Pembelajaran yang ditunjang dengan Instrumen analisis  butir soal Oleh R Agus Suryahadi 1882050080 KATA PENGANTAR Assalamu’ala...